Makalah Teknik Pembesaran Ikan Badut

MAKALAH TEKNIK PEMBESARAN IKAN BADUT (Clown fish)












Oleh
Kelompok 1

Arni Khurnia Suci
B0A013041
Lutfi Mukholifah
B0A013023
Djihan Ibnu Hayyan
B0A0130
Tubagus Arga
B0A0130
Dara Pricilia
B0A0130










KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015


I.                   PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Ikan Nemo atau Clown Fish atau sering juga disebut Ikan badut. Ikan Nemo ini biasanya ditemukan berhubungan dengan anemon di Oseania, Indo-Pasifik, dan Great Barrier Reef. Hal ini dapat ditemukan secara individual, atau lebih umum, berpasangan atau kelompok kecil dalam anemon sama seperti Heteractis magnifica atau Stichodactyla mertensii. Clown fish liar jarang akan melebihi 4 ½ inci dan jika dipelihara di akuarium atau diternak kan ukurannya jarang melebihi 3 ½ inci. Clown fish sering dikagumi bila dilihat sedang bermain di anemon. Clown fish dan Anemon tidak saling membutuhkan untuk bertahan hidup, karena Anemon membutuhkan pencahayaan intens dan lingkungan yang sangat stabil dalam akuarium, lebih baik untuk memilih anemone yang membutuhkan perawatan yang lebih kecil untuk Clown fish.
Ikan ini cukup menjanjikan juga bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Clown fish atau ikan Nemo adalah ikan hias air laut yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Banyak orang memeliharanya sebagai ikan hias di akuarium.
Beberapa alasan sehingga ikan ini diminati sebagai pajangan di akuarium, adalah karena keindahan warna tubuhnya yaitu orange cerah dengan kombinasi hiasan 3 garis putih pada bagian kepala, badan dan pangkal ekor, gerakan yang lincah, memiliki postur tubuh mungil dan tidak ganas.
Besarnya permintaan pasar yang mengandalkan tangkapan alam tidak diimbangi oleh hasil budidaya, sehingga terjadi eksploitasi yang tidak terkendali dan menyebabkan Clown fish dikategorikan sebagai biota yang dilindungi. Untuk itulah, untuk menjaga populasinya, kegiatan budidaya Clown fish sangatlah diperlukan.
Perdagangan ikan hias laut merupakan sektor yang berkembang pesat dan mengandalkan ikan yang hidup di terumbu karang. Tidak seperti ikan hias air tawar, hanya beberapa spesies hias laut telah dibudidayakan di penangkaran. Koleksi ikan ini didapatkan dari alam dilakukan secara luas di perairan India, yang telah meningkatkan kekhawatiran bahwa panen terus menerus ikan ini tidak hanya akan mempengaruhi spesies sasaran tetapi juga memiliki dampak yang ireversibel pada komponen seluruh ekosistem terumbu karang. Di antara ikan hias laut ikan badut dianggap atraksi paling populer dalam kalangan pecinta aquarium, karena mereka memiliki warna yang cerah, perilaku serta tampilan yang menarik dan kemampuan mereka untuk beradaptasi di kondisi penangkaran. Di antara 28  spesies ikan badut, Amphiprion sebae adalah spesies yang umum yang terdapat di pantai timur India Selatan dan mereka terus menjadi yang paling dicari selain ikan tropis lainnya (Kumar,2010).
A.    Taksonomi Ikan Badut
Clown fish lebih banyak dikenal masyarakat dengan sebutan ikan badut. Clown fish sebenarnya terdiri tidak kurang dari 29 jenis, 28 jenis dari genus Amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spsies dari genus Premnas yang mempunyai ciri khusus duri preoperkualitas yang dijumpai dibawa matanya. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk gigi,  kepala dan bentuk tubuh. Secara umum ikan Clown fish berukuran kecil, maksimal dapat mencapai ukuran 10 – 15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi) dan dilengkapi dengan mulut yang kecil (Fautin, D.G. et.,al. 2007).
B.     Klasifikasi
Ikan badut dari genus Amphiprion diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom               : Animalia       
Filum                     : Chordata
Kelas                     : Actinopterygii
Super ordo :           : Teleostei
Ordo                      : Perciformes
Famili                    : Pomacentridae
Upafamili              : Amphiprioninae
Text Box: Gambar 1.Ikan Badut DewasaGenus                    : Amphiprion
C.    Habitat dan Penyebaran
Ikan badut merupakan ikan karang tropis yang hidup di perairan hangat pada daerah terumbu dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih. Dengan daerah penyebaran di Samudera Pasifik (Fiji), Laut Merah, Samudra Hindia (Indonesia, Malaysia, Thailand, Maladewa, Burma), dan Great Barrier Reef Australia. Ikan badut & anemon hidup berdampingan & saling menguntungkan, Anemon akan melindungi ikan badut dan ikan badut akan menangkal ikan kupu-kupu (Butterfly Fish) yang suka memakan anemon. Ikan badut juga akan memakan invertebrata kecil yang melekat di tentakel anemon yang membahayakan anemon (parasit) dan membantu membersihkan anemon dari kotoran seperti pasir dsb. Di sisi lain kotoran dari ikan badut memberikan nutrisi untuk anemon.
Di masa lalu, beberapa studi telah dibuat di tempat lain di penangkaran ikan badut  A.sebae menggunakan air laut tetapi sekarang telah terdpat penangkaran ikan badut dengan menggunakan air muara (payau). Manajemen induk A.sebae dengan berbagai
ukuran 4-6 cm diperoleh dari pedagang ikan hias dengan host anemon, Stichodactylus haddoni. Setelah aklimatisasi, mereka tajam diamati untuk cedera atau tanda-tanda penyakit. Setelah memastikan, 10 nomor dari ukuran seragam ikan dan 5 anemon dipindahkan ke tangki 5 ton semen (pendingin tangki) diisi dengan air 2 ton di mana di bawah air sistem penyaringan disediakan, yang dibuat dengan menggunakan karbon aktif, keramik cincin dan pasir karang
mengikuti habitat asli ikan badut ini. Ikan diberi makan tiga kali sehari dengan feed yang berbeda seperti hidup Acetes, ikan rucah, daging (Kumar,2010).
















II.                TEKNIK PEMBESARAN IKAN BADUT /CLOWN FISH
1.        Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk induk adalah aquarium 40 x 40 x 40 cm yang dilengkapi dengan instalasi air laut dan aerasi serta saluran pembuangan. Aquarium tersebut ditempatkan di ruangan yang cukup cahaya sinar matahari hal dimakasudkan untuk menghidari parasir baik untuk induk maupun terhadap telur yang dihasilkan.
2.        Pemeliharaan Benih
Kegiatan pemeliharaan benih dapat dilakukan di bak semen, fiber glass atau akuarium. Agar tercipta suasana nyaman bagi ikan, maka dalam wadah pemeliharaan diberi tanaman/ anemon laut dengan substrat dari karang/ genteng. Lama pemeliharaan benih berukuran 1,5 cm sampai siap dipijahkan menjadi induk sekitar 5-6 bulan.
Wadah dan perlakuan pemeliharaan benih clown fish hampir sama dengan pemeliharaan calon induk. Pakan benih adalah Diaphanosoma, artemia remaja dan dilatih dengan pakan buatan (ukuran pelet disesuaikan). Setelah ukuran benih 3 cm pemberian pakan buatan prosentasenya lebih besar (75%) dibandingkan pakan hidup (25%), karena hanya sebagai pelengkap nutrisi. Penyiponan dan penggantian air dilakukan setiap hari, disesuaikan dengan kondisi kualitas air media.
Budaya live feed The rotifer, Brachionus plicatilis (SS) dengan 70-239 um dapat digunakan sebagai pakan awal untuk larva. Rotifera dibesarkan dengan bantuan ganggang mikro, Chlorella spp., Nanochloropsis spp. dan Isochrysis spp. Budaya saham ganggang mikro dipertahankan dengan menggunakan media Conway dan untuk budaya massa, pupuk pertanian seperti amonium sulfat, super fosfat dan Urea pada rasio 10: 4: 2 yang digunakan. Ganggang dikultur dalam 300 tangki FRP silinder menyala dan digunakan sebagai pakan untuk rotifera dan sama dipanen menggunakan 50 m nilon bersih, ketika mencapai kepadatan 150 ind / ml (Kumar,2010).
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pemberian Pakan
Umur (Hari)
Jenis Pakan
Zooplankton/ Pelet
Kepadatan (Dipertahankan)
1-5
Branchionus
10 - 20 kor/ml
4-10
Kopepoda
200 ekor/liter
7-40
Nauplii, artemia
300 ekor/liter
25-90
Diaphanosoma
200 ekor/liter
30-90
Artemia remaja
200 ekor/liter
80-dewasa
Pelet
Ad libitum
Berdasarkan penelitian jurnal yang saya peroleh pemberian pakan dengan menambahkan MOS, dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian pakan pada ikan pada indeks pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih A. ocellaris.
MOS yaitu probiotik mengandung bakteri menguntungkan, dimasukkan ke dalam pencernaan agar dominasi bakteri pathogen menurun, Pemberian produk feed addtitive(imbuhan pakan) probiotik memberikan dampak yang menguntungkan seperti perbaikan performa, produksi, dan kesehatan ternak. Salah satu produk Alltech yang bernama Bio-Mos dikategorikan sebagai produk Prebiotik tahan panas dan memiliki daya kerja yang sangat jelas . Bio-Mos bukan merupakan yeast utuh dan hidup, namun berupa hasil derivat yeast yang banyak mengandung Mannan Oligosaccharide (MOS). Daya kerja Bio-Mos adalah sebagai berikut:
1.      Memblokir kolonisasi bakteri pathogen dengan cara mengikat (menggumpalkan) bakteri pathogen dalam usus pencernaan dan dibuang melalui feses.
2.      Memodulasi sistem kekebalan tubuh unggas (bukan menstimulasi sistem kekebalan), sehingga tidak mengganggu metabolisme energi tubuh.
3.      Memberikan kesempatan pada bakteri dan mikroflora usus yang menguntungkan untuk berkembang dengan baik. Begitu pula dengan pemulihanusus yang rusak akibat perlekatan bakteri pathogen sebelumnya.
Penggunaannya sangat mudah dan praktis, dicampur ke dalam pakan secara on top ataupun re-formulasi dengan dosis yang ditentukan. Perlakuan pemberian MOS pada nauplii Artemia dengan konsentrasi 0,5%, 1,0%, dan 1,5% selama 24jam. Nauplii Artemia yang sudah diberikan MOS, kemudian diberikan ke ikan dengan 2x dosis pada interval 12jam. Percobaan pemberian pakan dilanjutkan sampai 90 hari. Berikut ini diperoleh hasil dari percobaan,
Grafik 1.Tingkat kelangsungan hidup A. ocellaris yang diberi pakan nauplii Artemia diperkaya dengan MOS


Items

Control

0.5 % MOS

1 % MOS
1.5 % MOS
Panjang Awal (mm)
10 ± 0.3
10 ± 0.4
10 ± 0.1
10 ± 0.2
Bobot Awal (mg)
17 ± 0.01
17 ± 0.02
17 ± 0.05
17 ± 0.02
Panjang Akhir (mm)
26.1 ± 0.43
27 ± 0.58
29.3 ± 0.4
30.2 ± 0.4
Bobot Akhir (mg)
460 ± 3.4
462 ± 3.7
510 ± 2.6
536 ± 3.3
Bobot Bdan (%)
2604 ± 45
2616 ± 50
2898 ± 27
3051 ± 44
Tingkat Pertumbuhan (%/day)
2.89 ± 0.16
2.90 ± 0.08
3.22 ± 0.04
3.39 ± 0.07
Faktor Kondisi
2.61± 0.01a
2.62 ± 0.01a
2.65 ± 0.02b
2.62 ± 0.01a
Tabel 1. Pertumbuhan indeks A. ocellaris diberi pakan yang diperkaya MOS. Setiap nilai (X ± SD) adalah kinerja rata-rata sepuluh ikan / pengamatan 90 hari. Huruf superscript yang sama pada baris yang tidak berbeda secara signifikan pada P <0,05.
Hasil indeks pertumbuhan A. ocellaris yang diberi pakan dengan tambahan MOS ditunjukkan pada Tabel 1. Tidak ada perubahan signifikan antara bobot dan panjang awal  (P> 0,05). Hasil  pada percobaan akhir pemberian pakan indeks pertumbuhan seperti bobot dan panjang akhir, faktor kondisi dan laju pertumbuhan spesifik dalam semua perlakuan  tidak ada perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol (P> 0,05). Faktor kondisi pada percobaan ke 2 menunjukan perubahan yang signifikan lebih tinggi dari pada kontrol. Tingkat kelangsungan hidup semua perlakuan secara signifikan lebih tinggi dari pada kontrol. MOS telah terbukti untuk meningkatkan pertumbuhan untuk hewan vertebrata dan krustasea. Penelitian ini menunjukan ikan yang diberi pakan dengan MOS jauh lebih baik dan dapat mengefensiasi pakan. Hasil penelitian menunjukan dengan meningkatnya konsentrasi MOS, terjadi peningkatan yang signifikan yang dicapai pada tingkat kelangsungan hidup benih A. ocellaris dan tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada panjang akhir, berat akhir, dan laju perumbuhan. Ikan yang diberi diet MOS menunjukan kelangsungan hidup yang lebih tinggi dari pada ikan yang diberi pakan dengan diet kontrol yang mempunyai kelangsungan hidup
3.        Pembesaran clown fish
Pertumbuhan clown fish tergolong lambat bila dibandingkan dengan ikan konsumsi, tetapi hal ini desesuaikan dengan ikan dewasa atau induk yang panjangnya ahanya 7-8 cm. Dari stadia larva sampai mencapai ukuran dewasa atau induk memerlukan 7-8 bulan.
Pembesaran dapat dilakukan pada aquarium, bak fiber atau kolam, namun untuk memudahkan penanganan disaat benih baru keluar dari bak larva sebaiknya dipelihara dalam aquarium dengan system air mengalir. Penanganan diaquarim memudahkan dalam pengontrolan terhadap penyakit, pemberian pakan, perbaikan kulitas. Setelah berukuran 2 cm maka sebaiknya dipelihara di wadah yang lebih luas. Pemberian pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin minimal 3 kali sehari, jenis pakan yang diberikan dapat berupa pellet, artemia, cacing renik, udang renik ataupun jentik nyamuk. Ikan badut merupakan ikan omnivore (pemakan hewan dan tumbuhan), jadi selain invertebrata kecil (crustacea & parasit yang melekat pada tubuh anemon), alga juga diketahui memenuhi 20 – 25% kebutuhan nutrisinya.
Kebutuhan pakan bagi pemeliharaan ikan nemo adalah sebanyak 0,1 g dari 20% bobot tubuhnya. Diberikan 2 samapi 3x sehari. Energi dan protein persyaratan ikan hias tergantung pada potensi pertumbuhan, komposisi berat badan, dan permintaan untuk pemeliharaan, terlepas dari apakah mereka adalah karnivora atau herbivora, laut atau ikan air tawar. Untuk produsen pakan hewan peliharaan ini berarti bahwa mereka harus merumuskan pakan tertentu dalam kombinasi dengan bahan makanan yang cocok. Hal ini dapat disesuaikan terlebih dahulu dalam kondisi pemeliharaan yang berkonsentrasi pada laju pertumbuhan maksimum, dan setelah itu di lingkungan akuarium publik atau rumah di mana ikan disimpan untuk ditampilkan.
Untuk pakan yang diberikan terdapat 3 jenis pellet yang berbeda, yaitu love larva, NRD, dan Tetrabits. Dari ke-3 jenis pellet tersebut, kita dapat menggunakannya secara bebas. Karena penggunaan pellet tersebut tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang dan berat. 
Pertumbuhan clownfish tergolong lambat bila dibandingkan dengan ikan konsumsi, tetapi hal ini desesuaikan dengan ikan dewasa atau induk yang panjangnya ahanya 7-8 cm. Dari stadia larva sampai mencapai ukuran dewasa atau induk memerlukan 7-8 bulan.


4.        Parameter Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan ikan pada umumnya. Diperlukan penyiponan kotoran dan sisa makanan di dasar wadah. Pergantian air minimal 1 kali sehari, sekitar 20-50 % atau bila diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kualitas air optimal dan tetap jernih. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan ikan clownfish secara lengkap disajikan sebagai berikut: 
Tabel 2. Parameter Kualitas Air
Paremeter
Kisaran Nilai
Suhu (C)
26 – 32
Salinitas (̢ۡ)
27 – 32
DO (ppm)
3,5 - 6,5
pH
7,8 - 8,5
Sumber:Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung Jalan Yos Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin Pesawaran, Lampung.



III.             ANALISIS USAHA TEKNIK PEMBESARAN IKAN BADUT
1.        Analisis Usaha
Menurut Afandi (2010), analisis usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha yang akan dilakukan atau direncanakan bagi pengembang usaha dalam hal kemampuan investasinya dalam memberikan keuntungan terhadap jumlah modal yang ditanaman.
2.        Rencana Anggaran Biaya
a.         Biaya Investasi
No
Uraian
Jumlah (Unit/Buah)
 Harga Satuan (Rp)
 Jumlah (Rp)
Nilai Ekonomis (Tahun)
 Penyusutan (Rp)
1
Rumah Hatchery
1
      75.000.000,00
75.000.000,00
10
7.500.000,00
2
Bak Penjodohan
1
        3.000.000,00
3.000.000,00
10
300.000,00
3
Akuarium Pemijahan
5
           150.000,00
750.000,00
5
37.500,00
4
Bak Pemeliharaan Larva
2
        3.000.000,00
6.000.000,00
10
600.000,00
5
Akuarium Pendederan
10
           300.000,00
3.000.000,00
5
150.000,00
6
Bak Penampungan Benih
2
        3.000.000,00
6.000.000,00
10
600.000,00
7
Bak Pakan Alami
2
        7.500.000,00
15.000.000,00
10
1.500.000,00
8
Pompa Air Laut
1
        3.000.000,00
3.000.000,00
5
150.000,00
9
Instalasi Air
1
      12.000.000,00
12.000.000,00
5
600.000,00
10
Tendon
1
      15.000.000,00
15.000.000,00
10
1.500.000,00
11
Instalasi Aerasi
1
        1.250.000,00
1.250.000,00
5
62.500,00
12
Gayung
1
               3.000,00
3.000,00
3
90,00
13
Gelas
1
               2.000,00
2.000,00
5
100,00
14
Sero
2
             20.000,00
40.000,00
1
400,00
15
Ember
2
             15.000,00
30.000,00
2
600,00
16
Selang Siphon
2
             15.000,00
30.000,00
5
1.500,00
17
Tudung Saji
3
             25.000,00
75.000,00
2
1.500,00
18
Milimeter Block
3
               2.500,00
7.500,00
5
375,00
19
Timbangan
1
             35.000,00
35.000,00
3
1.050,00
20
Induk
5
           350.000,00
1.750.000,00
8
140.000,00
Jumlah
141.972.500,00
13.145.615,00

b.        Biaya Tetap
No
Uraian
 Jumlah perbulan (Rp)
 Jumlah Pertahun (Rp)
1
Penyusutan Investasi
1.095.467,92
13.145.615,00
2
Gaji Karyawan @ 2 Orang
3.000.000,00
36.000.000,00
Total
4.095.467,92
49.145.615,00

c.         Biaya Variabel
No
Uraian
Kebutuhan/ Bulan
Harga Satuan (Rp)
Biaya/ Bulan (Rp)
Biaya/ Tahun (Rp)
1
Love Larva 5
1
                   400.000,00
                   400.000,00
                4.800.000,00
2
Cacing Darah
1
                     60.000,00
                     60.000,00
                   720.000,00
3
Artemia Salina
1
                   300.000,00
                   300.000,00
                3.600.000,00
4
Love Larva 2
1
                   400.000,00
                   400.000,00
                4.800.000,00
5
Love Larva 3
1
                   400.000,00
                   400.000,00
                4.800.000,00
6
NRD
1
                   400.000,00
                   400.000,00
                4.800.000,00
7
Obat-obatan
1
                   291.666,67
                   291.666,67
                3.500.000,00
8
Kaporit
1
                     20.000,00
                     20.000,00
                   240.000,00
9
Listrik dan Telfon
- 
                   250.000,00
                   250.000,00
                3.000.000,00
10
Plastik
3
                     23.000,00
                     69.000,00
                   828.000,00
11
Karet Gelang
1
                     15.000,00
                     15.000,00
                   180.000,00
12
Styrofoam
20
                     30.000,00
                   600.000,00
                7.200.000,00
13
Lakban
20
                     10.000,00
                   200.000,00
                2.400.000,00
14
Oksigen

                   375.000,00
                   375.000,00
                4.500.000,00
15
Pupuk Pakan Alami

                   250.000,00
                   250.000,00
                3.000.000,00
Total
                4.030.666,67
48.368.000,00

3.        Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama usaha pembenihan Amphiprion pecula dilakukan hingga panen. Biaya operasional dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Biaya Operasional =Biaya Tetap+Biaya Variabel
                                     = Rp. 49.145.615,00 + Rp. 48.368.000,00
                                     = Rp. 97.513.615,00
Angka diatas menunjukkan keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan usaha pembenihan Amphiprion pecula.
4.        Penerimaan
Penerimaan merupakan laba kotor dari hasil produksi harga jual per ekor ikan. Penerimaan disini merupakan pendapatan kotor dan belum dikurangi berbagai Biaya-biaya selama produksi berlangsung.
Penerimaan = Jumlah Produksi x Harga
                        = 71.546  x Rp. 5000
                           = Rp. 357.732.000,00
Pendapatan kotor pada usaha pembenihan ikan badut perbulan sebesar Rp. 357.732.000,00
5.        Keuntungan
Keuntungan merupakan laba bersih yang diperoleh dari usaha pembenihan setelah dipotong dengan beragam biaya yang gunakan selama proses produksi dilaksanakan.
Keuntungan         = Penerimaan-Biaya Operasional
                                    = Rp. 357.732.000,00 – Rp. 97.513.615,00
                                    = Rp. 260.218385,00
Pada usaha pembenihan Amphiprion percula diperoleh keuntungan sebesar Rp. 260.218.385,00.
6.        Break Even Point (BEP)
BEP merupakan suatu gambaran kondisi produksi  yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga suatu usaha tesebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan (Setyaningsih, 2011). BEP dihitung menggunakan rumus :
BEP Produksi      =  (Biaya Produksi)/(Total Produksi) 
=  (Rp.  97.513.615,00)/(71.546 Ekor) 
                                    =  1.362/ Ekor
Berdasarkan perhitungan BEP Produksi pembenihan Amphiprion percula maka dapat disimpulkan bahwa, usaha ini akan berada pada titik impas ketika mampu memproduksi ikan sebanyak 1.362/ ekor.
BEP Harga           =  (Biaya Operasional)/(Harga Jual)
=  (Rp.  97.513.615,00)/(Rp.  5000) 
                                    = Rp. 1.950,2
Harga Rp. 1.950,2 pada penjualan ikan hasil pembenihan Amphiprion percula ini merupakan titik impas pada usaha pembenihan.
7.        Benefit Cost Ratio (B/C)
Dideskripsikan Setyaningsih (2011), perbandingan untung dan biaya dapat ditentukan sebagai perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen berdasarkan anlisis perhitungan Net B/C Ratio. Perhitungan B/C ratio menggunakan rumus sebagai berikut :
B⁄C  Ratio            =  Pendapatan/(Biaya Operasional)
                        =  (Rp.357.732,00)/(Rp.  97.513.615,00)
                        = Rp. 3,67
Dilihat dari hasil analisis B/C Ratio pada usaha pembenihan Amphiprion percula ini diperoleh angka 3,67dan lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
8.        Payback Period (PP)
Menurut Tonoro et al., (2010), pay back period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan pay back period dapat dihitung menggunakan rumus :
PP =  (Nilai Investasi)/Keuntungan
             =  (Rp.  141.972.500,00)/(Rp.  260.218.385,00)
             = Rp. 0,55
Berdasarkan hasil perhitungan pay back period pada usaha pembenihan Amphiprion percula maka usaha ini dapat mengembalikan modal investasi  melalui arus kas selama 0,55 tahun. Nilai 0,55 lebih kecil dari jangka waktu umur ekonomis barang investasi, hal ini mengindikasikan  bahwa usaha pembenihan Amphiprion percula layak dikembangkan.




LAMPIRAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE1auTu4LKDkXX5lHcPsPApLogZL6WkX8dsW0pWlhujH_Q4CSvI2m7hCc9X_0lVpUvF75QWeEVxn3LHJmGPz6UdzNntSnVSKIb38ZI_bIhPAGQmEPvnLdAh-_Mq4d3TuzJxtmTF4hWIOjQ/s1600/IMG_5053.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYHpk-ocOJ1pyg-ZxizHIsdwNPw8XTzLEY8LUS1DWUJXiSVmOzFnHVPyoQUWXNiKxq-22_SgunqDaE-lreOnV7jzgH4wB1SVymJUTGKSjptccpcEPcFM2e9l0ypK5HdmsWXJMK-Frtr3MT/s1600/IMG_5286.JPG











Gambar 2. benih  Black Onyx  (Amphyprion percula)




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-OsgYH5OiAZK4J7shY9GA8W_ZYGim57pXvYppAhH989OJaUsxpszaBRefRNodp6ynOlLuyZa3bEDNHgoOQGD7syG1qFFw6Am5RcilznpJNkiQjpasyhOeKethHv_ZQxktYbmyRWP5QPxL/s1600/IMG_5257.JPG
Gambar 3. benih  Misbar  
(Amphyprion percula)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRw3aW6r89swE0rfKOawDz1PhIvrF3QY7SkjQLiHAeCnkK91H4jEtgu_XFjIYMv4JWeHbzaLqP16DfzDP8p9gc_L7tRujVa64rZ1w8mBLQ_3g9B108ZSmoseNkNvt9SwDbPODg_JV566QE/s1600/IMG_4931.JPG
Gambar 4. wadah pembesaran


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3YU1CfzA0bh-yKXXuMj8gspqx9n2fQ0s40n8a82igzQull699ddgT8_D5z3fA-zg3YKw6Ll8bUdoUH281HG0PKin_TZwcFf5eWqjChtPjE93faz2zjDvGVV-QsnMIE14GBfwX3XIitZiz/s200/IMG_2286.JPG


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9rLh3XhjaDs3Jvw0qupyjsvXRU67hf1GYChqjfZU-EzJ_Flf0tT-h7JfppLUooULkCLajIghvyafxA45ttpifxCR2YM_TLr-WZgwLS5tkzWJZWlmoPMRlz1x50kKOv8R15MXn92dWscO_/s200/IMG_2288.JPG

Gambar 5.  Kiri atas adalah wadah akuarium untuk induk dan kanan atas adalah bak  pemeliharaan larva.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. www.freshmarine.com. Diakses 5 Juni 2015
Anonim. 2010. www.wikipedia.com. Diakses 5 Juni 2015
Burgess, W. et all., 1990. Atlas of Marine Aquarium Fishes, Second Edition. TFH Publication. Sidney-Australia
Emmens, C.W., 1988. Marine Fishes and Invertebrates in Your Own Home. TFH Publications. Sydney-Australia
Richard, B., Rickajzen, S., Barker, J. 2007. Ocean, Revealing The Secrets of The Deep. Atlantic Publishing. UK. Pg 210
Kumar.A, et al. 2010. Studies on captive breeding and larval rearing of clown fish [a1], Amphiprion sebae (Bleeker, 1853) using estuarine water. Indian Journal of Marine Sciences Vol. 39 (1), March 2010, pp. 114-119.    



Komentar