ANALISIS FILTRASI GINJAL
Oleh :
Nama : Jihan Ibnu Hayyan
NIM : B0A013040
Rombongan : II
Kelompok : 1
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN
SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ginjal merupakan suatu organ yang
sangat penting untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak
digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas
sebagai indeks fungsi ginjal yang dapat diukur secara tidak langsung dengan
perhitungan klirens ginjal. Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua
zat yang larut melalui glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan
diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi
glomerulus (Sennang, 2005).
Ginjal memegang peranan penting
dalam mengendalikan keseimbangan dengan cara mengatur keseimbangan air dalam
tubuh, mengatur keseimbangan elektrolit, mengatur keseimbangan asam basa, turut
mengatur tekanan darah, dan sebagai eritrhopoetic system. Pada dasarnya fungsi
utama ginjal adalah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh dengan suatu mekanisme yaitu filtrasi, absorbsi, kolin 6reabsorbsi dan augmentasi (Yatim, 1990).
Ginjal berperan penting sebagai
organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak
berguna serta bersifat toksik. Fungsi ginjal akan menurun seiring dengan
semakin tuanya seseorang dan juga karena adanya penyakit. Kemunduran fungsi
ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Kelainan yang berat dapat
diketahui dengan mudah tetapi kelainan yang ringan sukar dideteksi. Pemeriksaan
fisik saja sering sukar untuk menentukan adanya dan beratnya gangguan fungsi
ginjal. Kelainan dapat mengenai seluruh atau sebagian fungsi ginjal, karena itu
dilakukan analisis filtrasi ginjal untuk mengetahui kesehatan fungsi ginjal
(Kusnandar, 2006).
Nefron ginjal yang tersusun oleh
glomerulus dan tubulus ginjal menerima pasokan darah dari arteri renal.
Glomerulus adalah bagian nefron ginjal untuk tempat filtrasi darah, sedangkan
tubulus ginjal berfungsi untuk penyerapan kembali senyawa yang masih berguna
bagi tubuh. Glomerulus dalam fungsinya sebagai tempat filtrasi memiliki barier
yang memungkinkan senyawa-senyawa tertentu melewatinya dan mencegah senyawa
lain melewatinya.Filtrasi mengacu kepada aliran deras plasma menembus kapiler
glomerulus masuk ke ruang intestinum yang mengelilingi pangkal nefron, daerah
yang disebut sebagai ruang Bowman. Di glomerulus, sekitar 20 % plasma secara
terus-menerus disaring ke dalam ruang Bowman. Komposisi filtrate ini sama
dengan komposisi plasma, yang berbeda adalah molekul protein biasanya tidak
disaring. Filtrat awal berdifusi menembus ruang Bowman dan menuju pangkal
bagian tubulus, yaitu kapsula Bowman, untuk selanjutnya melanjutkan
perjalanannya melewati bagian tubulus yang lain.
Sebagian besar zat yang masuk ke
tubulus di kapsula Bowman tidak menetap di tubulus. Zat-zat tersebut mengalir
(atau dialirkan) kembali ke darah melewati kapiler peritubulus melalui proses
reabsorpsi. Zat-zat yang lain ditambahkan ke filtrate urine, yang juga melewati
kapiler peritubulus, melalui proses sekresi. Melalui proses reabsorpsi dan
sekresi inilah nefron memanipulasi komposisi dan volume filtrate urine awal
untuk menghasilkan urine akhir.
Filtrasi glomerulus adalah proses
pergerakan sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler glomerulus menembus kapiler
untuk masuk ke ruang interstisium, lalu menuju kapsula Bowman. Pada ginjal yang
sehat, sel darah merah atau protein plasma hampir tidak ada yang mengalami
filtrasi. Proses filtrasi pada glomerulus serupa dengan proses filtrasi pada
kapiler. Perbedaannya adalah, di ginjal kapiler glomerulus sangat permeable
terhadap air dan zat terlarut berukuran kecil. Tidak seperti kapiler lain,
dorongan filtrasi plasma sepanjang kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman
lebih besar dibanding dorongan reabsorpsi cairan kembali ke kapiler. Dengan
demikian, terjadi filtrasi neto cairan ke dalam ruang Bowman yang mengalir
kemudian berdifusi ke dalam kapsula Bowman serta ke seluruh nefron. Di
glomerulus, faktor utama yang mendorong filtrasi adalah tekanan kapiler. Di
sebagian besar kapiler lainnya, tekanan ini rata-rata berukuran 18 mmHg; di
glomerulus, tekanan rata-rata hampir mencapai 60 mmHg. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya resistensi terhadap aliran yang dibentuk oleh arteriol eferen yang
mengaliri glomerulus , dibandingkan dengan arteriol di tempat lain. Dengan
demikian, tekanan hidrostatik yang mencapai glomerulus lebih besar. Tekanan
cairan interstisium di ruang Bowman juga lebih besar dibandingkan tekanan di
ruang interstisium normal, yaitu sekitar 15 mmHg.
1.2 Tujuan
Menganalisis senyawa yang dapat
melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal pada manusia.
II.
MATERI
DAN METODE
2.1 Materi
Alat yang digunakan adalah tabung Erlenmeyer, corong, pipet
ukur, gelas ukur, pipet tetes, dan penangas air. tabung reaksi.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini larutan Biuret,
larutan Benedict’s, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, akuades, larutan
amilum, larutan KI 1%, kertas filter Wathman, dan kertas filter GF/F,
2.2 Metode
1.
Tabung reaksi dan semua larutan disiapkan.
2.
Larutan protein, glukosa, dan akuades dimasukkan
ke dalam tabung reaksi masing-masing 1 ml.
3.
Setiap tabung reaksi diberi label sesuai dengan
isi larutan uji.
4.
Sebanyak 1 ml larutan Biuret ditambahkan ke
dalam tabung reaksi berisi larutan protein 1%. Perubahan yang terjadi diamati.
5.
Sebanyak 1 ml larutan Benedict ditambahkan ke
dalam tabung reaksi berisi larutan glukosa 1%. Tabung reaksi tersebut di
masukkan dalam penangas air selama 5 menit, kemudian dikocok dan diamati
perubahannya.
6.
Sebanyak 1 ml larutan KI ditambahkan ke dalam
tabung reaksi berisi larutan amilum. Perubahan yang terjadi diamati. Setelah
disaring, larutan ditetesi reagen.
7.
Larutan Biuret dan Benedict yang ditambahkan ke
tabung reaksi masing-masing 1 ml.
8.
Kertas filter GF/F dan corong dipersiapkan di
atas labu Erlenmeyer. Ketiga larutan uji kemudian difilter pada ketiga labu
Erlenmeyer.
9.
Larutan uji difilter pada empat tabung
Erlenmeyer menggunakan corong yang dilengkapi dengan kertas filter.
10.
Hasil pengamatan dicatat dan dimasukin kedalam
data pengamatan.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Tabel 3.1
Data percobaan uji filtraasi menggunakan kertas saring
No.Tabung
|
Larutan
|
Intensitas warna
(Sebelum filtrasi tab.
Reaksi)
|
Intensitas warna
(Setelah filtrasi-filtrat)
|
1.
|
Glukosa
|
+++
|
++
|
2.
|
Amilum
|
+++
|
++
|
3.
|
Protein
|
+++
|
+
|
4.
|
Aquades
|
+++
|
+
|
Keterangan :
-
: tidak ada perubahan
+ : intensitas
warna lemah
++ : intensitas
warna sedang
+++ : intensitas warna kuat
3.2
Pembahasan
Terdapat
3 hal penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urin, yaitu :
1. Filtrasi
(Penyaringan)
Filtrasi
terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapatglomerulus yang dikelilingi
sangat dekat oleh kapsula Bowman dan menghasilkan urin primer (filtrate
glomerulus).
Proses
filtrasi terjadi ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan
zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus,
tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang
tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali
sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati
lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari
glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urin primer. Urin
primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion
anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.
2. Reabsorbsi
(Penyerapan Kembali)
Terjadi
di tubulus kontortus proksimal dan lengkung Henle serta menghasilkan urin
sekunder (filtrate tubulus). Proses tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium
di seluruhtubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan
tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah: glukosa, asam
amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea
menjadi lebih tinggi.
Proses
reabsorpsi : mula-mula urin primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus
proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat
yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan
ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap
reabsorpsi ini dinamakan urin sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urin
sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi
(pengeluaran)
Terjadi
di tubulus distal dan menghasilkan urin sesungguhnya. Proses Augmentasi : Urin
sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal, dalam tubulus kontortus
distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi
reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah
terbentuk urin yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi,
selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektivus ke pelvis renalis disini
terjadi urin sesungguhnya.
Dari kedua ginjal, urin dialirkan
oleh pembuluh ureter ke kandung urin (vesika urinaria) kemudian melalui uretra,
urin dikeluarkan dari tubuh.
Dalam
prosesnya kadang batu ginjal juga bisa mengalamai berbagai penyakit sebagai
berikut :
1. Batu Ginjal
Penyebab : Batu ginjal terbentuk dari
adanya pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau
kandung kemih. Bentuk batu binjal seperti kristal yang tidak dapat larut.
Kandungan zat yang ada di dalamnya adalah kalsium oksalat, asam urat, dan
kristal kalsium fosfat. Penyebab adanya endapan garam ini karena penderita
terlalu banyak mengkonsumsi garam mineral, sedangkan air di konsumsi hanya
sedikit. Selain itu, dipengaruhi perilaku buruk penderita yang sering menahan
buang air kecil. Batu ginjal tersebut lebih lanjut dapat menimbulkan
hidronefrosis. Hidronefrosis adalah membesarnya salah satu ginjal karena urine
tidak dapat mengalir keluar. Hal itu akibat penyempitan aliran ginjal atau
tersumbat oleh batu ginjal.
Pencegahan :
1. Perbanyaklah minum air putih agar air seni
lancar. Ketika berada di ruangan ber-AC, Perbanyak minum air putih walaupaun
tidak haus, Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari.
2. Hindari minum atau memasak menggunakan air
yang kandungan kapurnya tinggi. Kapur di dalam tubuh bisa membentuk batu.
3. Jika menderita penyakit gout dan
hiperparatiroid segera atasi. Kedua penyakit itu meningkatkan resiko
terbentuknya batu ginjal.
4. Lakukan olahraga rutin dengan tujuan agar
metabolisme di dalam tubuh berjalan dengan baik. Idealnya, lakukan olahraga dua
hari sekali. Pilihlah jenis olahraga yang disukai dan lakukan sesuai kemampuan,
jangan dipaksakan.
5. Jangan duduk terlalu lama saat bekerja.
Posisi tersebut mempermudah terjadinya pengendapan Kristal air seni yang
kemudian membentuk batu. Paling tidak, dua jam sekali bangkitlah dari duduk dan
berjalan-jalan sebentar.
6. Bila terasa ingin membuang air seni
sebaiknya segera lakukan. Sangat tidak disarankan untuk menahan air seni,
karena Kristal-kristal tersebut bisa mengendap membentuk batu ginjal.
7. Hindari makanan yang mengandung kalsium
tinggi, seperti susu dengan kalsium tinggi. Begitu juga dengan makanan yang
mengandung purin tinggi, seperti jeroan, emping, dan brokoli. Dan kurangi
konsumsi kacang-kacangan, cokelat, soda dan teh.
Pengobatan :
Penyakit ini dapat
diatasi dengan pembedahan dan sinar laser. Tujuan dari pembedahan untuk
membuang endapan garam kalium. Tujuan menggunakan sinar laser untuk memecahkan
endapan garam kalsium.
2. Diabetes Melitus (Glukosuria)
Penyebab : Diabetes
Melitus (kencing manis) merupakan gangguan yang disebabkan oleh adanya
kandungan gula dalam urine. Kurangnya hormon insulin dari pankreas menjadikan
kadar gula dalam darah sangat tinggi. Nefron tidak mampu menyerap kembali
kelebihan glukosa, sehingga kelebihan glukosa dibuang bersama urine.
Pencegahan :
1. Kontrol kebiasaan makan
2. Kendalikan berat badan
3. Olah raga secar teratur
4. Kelola faktro resiko lain (hipertensi, kadar
lemak darah, dll)
5. Bagi yang beresiko tinggi, periksa glukosa
darah setiap tahun
Pengobatan :
Bagi pasien Diabetes
Melitus kendalikan kadar glukosa darah (dengan diet, olahraga & obat sesuai
petunjuk dokter) dan periksa secara berkala. Pasien yang cukup terkendali dengan
pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang
cukup terkendali dengan obat dosis
tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa . Obat diberikan pada
saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada
dosis sahur . Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang
diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI)
dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan .
3. Nefrites (Radang Ginjal)
Penyebab : Nefrites
merupakan kerusakan pada ginjal akibat glomerulus terinfeksi bekteri
strepcoccus. Glomerulus rusak mengakibatkan urea dan asam urat masuk lagi ke
dalam darah. Akibatnya penderita akan mangalami uremania. Indikasi penyakit ini
yakni adanya penimbuhan air pada kaki atau edema yang terjadi karena proses
penyerapan air terganggu.
Pengobatan : Penderita
nefritis bisa disembuhkan dengan cangkokan ginjal atau cuci darah secara rutin.
Cuci darah biasanya dilakukan sampai penderita mendapatkan donor ginjal yang
memiliki kesesuaian jaringan dengan organ penderita.
4. Albuminuria
Penyebab : Albuminuria
adalah penyakit yang ditunjukkan oleh adanya molekul albumin dan protein lain
dalam urine. Penyebabnya karena adanya kerusakan pada alat filtrasi sehingga
urin mengandung protein.
Pencegahan :
a) Untuk mengurangi resiko terjadinya
albuminuria mungkin bisa dimulai dengan membiasakan diri minum 8 gelas sehari,
walaupun sebetulnya tidak merasa haus.
b) Selain itu pencegahannya juga dapat
dilakukan dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara
berlebihan (misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan yang
kita makan juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar gizinya.
5. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan
kelainan pada ginjal dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya yaitu menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme.
Penyebab : Gagal
ginjal terjadi jika salah satu ginjal tidak berfungsi. Kegagalan salah satu
ginjal ini akan diambil alih tugasnya oleh ginjal lain. Namun, keadaan ini akan
tetap menimbulkan resiko sangat tinggi. Karena menyebabkan penimbunan urea
dalam tubuh dan kematian.
Pengobatan : Penyakit
ini dapat diatasi dengan cangkok ginjal atau menggunakan ginjal tiruan sampai
ginjal yang asli dapat kembali berfungsi.
Reagen yang digunakan dalam praktikum diantaranya
adalah Larutan KI yang digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat(amilum). Bila
larutan yangkita tetesi lugol menghitam, maka larutan tersebut mengandung
karbohidrat.Semakin hitam berarti larutan tersebut banyak kandungan
karbohidratnya. Biuret adalah reagen yang digunakan untuk
menguji kandungan protein. Bila larutanitu mengandung protein maka setelah
bereaksi dengan biuret akan menghasilkanwarna ungu/ warna lembayung. Benedict
adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan glokusa pada
larutan. Bila larutan itu mengandung glukosa maka setelah bereaksi dengan benedict’s akan
menghasilkan warna merah bata (Thibodeau, 1999).
Glukosa merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
aldehid. Pemanasan yang dilakukan setelah mencampurkan glukosa dengan reagen
benedict berfungsi untuk memicu gugus aldehid pada glukosa untuk mereduksi ion
tembaga menjadi ion tembaga . Larutan benedict akan berubah warna menjadi merah
bata yang merupakan oksida tembaga . Karena larutan bersifat basa, maka aldehid
dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang
sesuai (Lehninger, 1998). Akuades pada percobaan ini berfungsi sebagai
pembanding dengan larutan uji yang lain setelah difiltrasi, karena akuades akan
tetap lolos saat filtrasi sehingga seharusnya tidak ada perubahan warna pada
akuades yang telah diberi reagen biuret, baik sebelum dan sesudah difiltrasi
(Thibodeau, 1999). Berdasarkan hasil praktikum
yang kami lakukan, dapat diperoleh hasil bahwa intensitas warna larutan protein
dan akuades sebelum filtrasi intensitasnya lebih kuat dibandingkan setelah
filtrasi. Intensitas warna untuk larutan protein berubah menjadi lemah (+) dan
untuk aquades berubah menjadi lemah (+). Hal ini menunjukan bahwa akuades tidak
dapat melewati filter ginjal, yang mana akan langsung dikeluarkan melalui urine
sedangkan protein hanya sedikit saja yang melewati filter ginjal dan selebihnya
lolos dari penyaringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan despopolus (1998) yang
menyatakan bahwa senyawa atau molekul besar seperti protein tidak dapat
disaring oleh ginjal. Intensitas warna untuk glukosa sebelum dan sesudah
filtrasi mengalami perubahan dari kuat menjadi sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya sedikit partikel glukosa yang dapat melewati
filter ginjal. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Lehninger (1988), yang
menyatakan bahwa pada umunya molekul dengan raidus 4 nm atau lebih tidak dapat tersaring,
sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bahan-bahan
kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea akan melewati
saringan dan menjadi bagian dari endapan. Untuk larutan amilum, tidak ada
perubahan intensitas warna sebelum maupun setelah filtrasi, yaitu intensitas warnanya
tetap kuat. Hal ini menunjukan bahwa larutan amilum dapat melewati filter
ginjal. Hasil ini sesuai dengan pendapat Lehninger (1988) yang menyatakan bahwa
pada umumnya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasnya seperti
halnya amilum.
Ketidakcukupan pasokan
oksigen ke dalam
sel akibat perfusi yang
buruk berperan pada
terjadinya disfungsi organ. Hal
ini sering dihubungkan dengan kondisi
asidosis dan peningkatan
kadar laktat darah. Pasien-pasien dengan
gangguan metabolisme laktat secara
signiÞ kan terkait
dengan makin berat derajat penyakit,
serta meningkatnya mortalitas. Perubahan denyut
jantung, tekanan darah, perfusi
kulit dan produksi
urine telah lama digunakan untuk mendeteksi adanya
hipoperfusi jaringan, tetapi parameter
ini dianggap kurang sensitif (Lahmadi, 2011).
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.
Kertas filtrasi GF/F cukup
efektik menyaring ketiga larutan tersebut, dan cukup menggambarkan mekanisme
kerja ginjal. Larutan telah mengalami filtrasi cenderung menghasilkan warna
yang lebih cerah dibandingkan denagn larutan kontol.
2.
Senyawa-senyawa yang dapat
melewati filter yaitu protein, akuades, dan glukosa.
Komentar
Posting Komentar