1.1
Latar Belakang
Sistem ekskresi pada manusia dan
vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun,
yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal. Ginjal adalah organ
yang mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam, melalui suatu proses
majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif dan sekresi.
Selain itu, ginjal juga mengatur tekanan darah dan volume darah dalam tubuh
(Lestari dan Mulyono, 2011).
Ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen terutama di daerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang
dibungkus lapisan lemak, dibelakang peritorium. Glomerulus adalah suatu organ
epitelio-vaskuler yang dirancang untuk filtrasi ultra dari plasma. Kapiler
glomerulus dilapisi oleh lapisan endotelium, berlubang pori-pori dengan
diameter kurang lebih 100 nm dan terletak pada membrana basalis (Price and
Wilson, 1995).
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme
yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein
dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan
mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengekskresikan zat yang
jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan
cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta
mempertahankan keseimbangan asam dan basa (Yatim, 1990).
Sekresi dari ginjal berupa urin, yakni cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Urin secara umum berwarna kuning,
sedangkan urin encer berwarna kuning pucat (kuning jernih), urin kental
berwarna kuning pekat, dan urin baru berwarna kuning jernih. Urin yang
didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas dan jika
dibiarkan agak lama berbau ammonia. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Radiopoetro, 1986).
Kerusakan struktur dari ginjal akan
mempengaruhi fungsi vitalnya. Proses pembentukan urin dalam ginjal melalui
berbagai proses, sehingga terbentuk urin dengan kandungan senyawa sisa. Akan
tetapi, pada ginjal yang mengalami gangguan dapat mengakibatkan senyawa-senyawa
berguna terkandung dalam urin. Kandungan berbagai senyawa dalam urin dapat
diuji dengan mereaksikannya pada berbagai larutan reagen, seperti Biuret,
Benedict, dan larutan KI. Menumpuknya senyawa berguna dalam urin mampu memicu
tibulnya berbagai penyakit seperti albuminuria, anemia, dan nekrosis sel
ginjal. Anemia merupakan komplikasi penyakit
ginjal kronis (PGK) yang sering terjadi, bahkan dapat terjadi lebih awal
dibandingkan komplikasi PGK lainnya. Anemia juga dapat meningkatkan resiko
morbiditas dan mortalitas secara bermakna dari PGK. Adanya anemia pada pasien
dengan PGK dapat digunakan sebagai prediktor resiko terjadinya kejadian
kardiovaskular dan prognosis dari penyakit ginjal sendiri (Ayu et al., 2010).
1.2
Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah
menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.
II.
MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini larutan Biuret,
larutan Benedict’s, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, akuades, larutan
amilum 1%,
larutan KI 10%,
kertas filter Wathman
Alat yang digunakan adalah tabung Erlenmeyer, corong gelas, pipet ukur, gelas ukur, pipet tetes,
penangas air, dan tabung reaksi.
2.2 Cara Kerja
1.
Tabung
reaksi dan semua larutan disiapkan.
2.
Larutan
protein, glukosa, dan akuades dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 1
ml.
3.
Setiap
tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji.
4.
Sebanyak
1 ml larutan Biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan protein
1%. Perubahan yang terjadi diamati.
5.
Sebanyak
1 ml larutan Benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan glukosa
1%. Perubahan yang terjadi diamati.
6.
Sebanyak
1 ml larutan lugol ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan amilum.
Perubahan yang terjadi diamati.
7.
Sebanyak
1 ml larutan Biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan akuades 1%. Perubahan yang terjadi diamati.
8.
Kertas
filter wathman dan corong dipersiapkan di atas tabung reaksi. Ketiga larutan uji kemudian difilter
pada tabung reaksi.
9.
Larutan
uji difilter pada empat tabung Erlenmeyer menggunakan corong yang dilengkapi
dengan kertas filter.
10.
Hasil
pengamatan dicatat dan dimasukin kedalam data pengamatan.
III.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel hasil percobaan uji filtrasi menggunakan
kertas saring (filter).
Larutan
Uji
|
Intensitas warna
(sebelum filtrasi tabung reaksi)
|
Intensitas warna
(setelah filtrasi-filtrat)
|
Protein
|
+++ (warna kuat)
|
++
(warna sedang)
|
Glukosa
|
+++ (warna kuat)
|
++ (warna sedang)
|
Amilum
|
+++ (warna kuat)
|
++ (warna sedang)
|
Akuades
|
+++ (warna kuat)
|
++ (warna sedang)
|
Keterangan
:
-
:
tidak ada perubahan
+ : intensitas warna lemah
++ : intensitas warna sedang
+++ : intensitas warna kuat
3.2
Pembahasan
Ginjal merupakan organ yang mengatur
komposisi kimia dari lingkungan dalam tubuh melalui berbagai tahapan proses,
meliputi filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi. Selain itu,
ginjal juga mengatur tekanan darah dan volume darah dalam tubuh. Seperti halnya
hati, ginjal juga rawan terhadap zat-zat kimia. Oleh karena itu, zat kimia yang
terlalu banyak berada di dalam ginjal diduga akan mengakibatkan kerusakan sel,
seperti piknosis dan Nekrosis (Lestari dan Mulyono, 2011).
Menurut Yatim (1990), kerja ginjal
dilaksanakan melalui beberapa rangkaian proses sehingga terbentuk urin, yaitu :
1.
Penyaringan
(filtrasi)
Filtrasi terjadi di kapiler glomerulus pada
kapsul Bowman. Struktur glomerulus tersusun atas sel-sel endotelium kapiler
yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor
yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias
yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein
plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
yang menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa
filtrat glomerulus (urin primer). Filtrat ini memiliki komposisi yang serupa
dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Akan tetapi, masih ditemukan
beberapa molekul seperti, asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya.
2.
Penyerapan
kembali (Reabsorpsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat
glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara
aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa
serta urea pada tubulus kontortus distal. Zat-zat yang direabsorbsi antara lain : glukosa, asam amino,
ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-,
dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih tinggi.
Setiap hari, tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter
air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorbsi beberapa kali (Tantri et al., 2011).
Filtrat tersebut akan diproses lebih lanjut di lengkung Henle,
dengan volume filtrat yang telah berkurang. Hasil tahap reabsorbsi ini
dinamakan urin sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urin sekunder adalah
air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urin. Urin sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi lagi
penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga
terbentuk urin.
3.
Augmentasi
Augmentasi adalah
proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus
distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5%
garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu. Kandungan
zat dalam urin secara kimiawi di antaranya adalah sampah nitrogen (ureum,
kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium,
sulfat, Ca dan Mg), hormon, zat toksin (obat, vitamin, dan zat kimia asing),
zat abnormal (protein, glukosa, sel darah, kristal kapur).
Di bawah ini
merupakan gangguan atau penyakit pada sistem filtrasi ginjal yaitu:
·
Batu ginjal. Mungkin kata batu ginjal sudah
sangat familiar di telinga kita. Batu ginjal di sebabkan karena terkumpulnya
mineral dan benda-benda organik pada organ ginjal tersebut. Batu ginjal yang
berukuran kecil dapat keluar dari badan dengan sendirinya. Namun batu ginjal
yang berukuran lebih besar dapat di atasi dengan cara pembedahan. Beberapa hal
dapat memperparah batu ginjal tersebut seperti berkurangnya volume cairan dan
bertumpuknya mineral. Sehingga membuat terganggunya keseimbangan yang sempurna
antara cairan dan larutan yang ada dalam organ ginjal tersebut.
·
Gagal ginjal. Anda mungkin juga sangat tidak
asing lagi dengan gangguan pada organ ginjal tersebut. Gagal ginjal akan
mengakibatkan hilangnya sebagian dan bahkan keseluruhan fungsi organ ginjal pada
tubuh kita.Gagal ginjal tersebut terjadi karena rusaknya tubulus di dalam organ
ginjal karena obat-obatan atau larutan organik seperti karbon tetraklorida,
aseton serta etilen glikol, dan bersingungan dengan senyawa logam seperti
merkuri, timah serta uranium. Gagal ginjal ini juga disebabkan karena penyaket
diaabetes yang dapat merusak medula atau bagian dalam ginjal serta karena
kelebihan garam kalsium yang berada pada organ ginjal tersebut.
·
Pyelonephrits
merupakan infeksi dan peradangan jaringan pada organ ginjal dan renal pelvis (
yaitu ruang yang terbentuk dari perluasan ujung atas dari ureter tubulus yang
mana menyalurkan urin ke kandung kemih). Pyelonephritis ini biasanya disebabkan
karena bakteri dan merupakan salah satu kelainan pada organ ginjal yang paling
sering terjadi dan juga merupakan salah satu kelainana ginjal yang dapat
menjadi kronis serta akut.
·
Glomerulonephritis
merupakan salah satu penyakit pada organ ginjal yang sering terjadi pula.
Penyakit tersebut di akibatkan karena sistem imun tubuh yang kita miliki
lumpuh. Gejala penyakit pada ginjal tersebut yaitu adanya darah dalam urine
kita, pembengkakan pada jaringan tubuh serta adanya kandungan protein dalam
urine yang mana di sebabkan karena bakteri streptococcal. Pada banyak kasus, penyakit
ini dapat sembuh dengan sendirinya meskipun tanpa pengobatan.
·
Oliguria yaitu Keluaran urin kurang dari
seharusnya pada penOliguria merupakan salah satu tanda dari gagal ginjal.
Oluguria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh fungsi ginjal menurungagal
ginjal intrinsik dan gagal postrenal.Penyakit oliguria ditdengan eksresi urin
kurang daro 1 ml / kg/ hari pada bayi, 0,5 ml / kg /jam pada anak dan 400 ml /
hari pada orang dewasa.
·
Kanker ginjal adalah
jenis penyakit ginjal yang terdapat pada ginjal atau Tubulus Renal Proksimal,
Kanker terjadi akibat adanya kerusakan sel. Kerusakan sel itu sendiri
disebabkan obanyak hal, dari obat obatan sampai dengan virus. Gejalanya adalah
rasa nyeri pada bagian pinggang.
Menurut Wira (2009), pigmen empedu memberikan warna dan bau pada
urin, sehingga kenampakan urin berbeda-beda. Interpretasi warna urin dapat
menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang :
1.
Keruh
Kekeruhan pada urin disebabkan adanya
partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epitel, lemak, atau
Kristal-kristal mineral.
2.
Pink,
merah muda dan merah
Warna urin seperti ini biasanya
disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi
dan gula-gula. Warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan
pada sistem urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau
pembengkakkan kelenjar prostat.
3.
Coklat
muda
Warna ini merupakan indikator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
4.
Kuning
gelap
Warna ini disebabkan terlalu banyak
konsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Berdasarkan hasil yang didapat dari
praktikum kali ini, diperoleh data tentang perbedaan intensitas warna larutan
sebelum dan setelah proses filtrasi menggunakan kertas filter wathman. Larutan protein setelah diberi reagen
Biuret akan berwarna ungu pekat. Larutan yang diperoleh setelah
difiltrasi adalah ungu muda (intensitas warna lebih rendah dari semula). Begitu pula dengan
larutan glukosa yang diberi reagen Benedict akan berubah warna menjadi orange
pekat. Hasil pengamatan terhadap larutan glukosa ini setelah filtrasi diperoleh
warna orange terang. Larutan amilum yang di tambahkan
dengan reagen lugol berwarna biru pekat. Larutan yang diperoleh setelah dipanaskan dipanaskan dalam penangas air selama 5
menit untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi filtrasi warnanya biru (intensitas warna lebih rendah dari
semula).
Larutan akuades pada awalnya diberi reagen Biuret sehingga kenampakannya
menjadi berwarna ungu. Intensitas warna yang muncul setelah proses filtrasi yaitu lebih
rendah dari semula.
Kandungan senyawa-senyawa dalam urin
dapat diuji menggunakan berbagai reagen seperti Biuret dan Benedict.
Pemeriksaan glukosa urin dengan tes reduksi atau menggunakan benedict ini
memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan
untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam cupri. Reagen
terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict (Wira, 2009).
Prinsip dari tes Benedict terhadap
glukosa dalam urin akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat
yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila
urin mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang
dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut
tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah (tetap berwarna
biru). Tes reduksi ini tidak spesifik karena ada zat lain yang juga mempunyai
sifat pereduksi seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentosa), disakarida
(laktosa), dan beberapa zat bukan gula (asam homogentisat, formalin, salisilat
kadar tinggi, vitamin C) (Wira, 2009).
Analisis filtrasi ginjal menggunakan kertas filter ini menggambarkan aktivitas filtrasi
senyawa oleh organ ginjal pada mamalia.
Fungsi filtrasi pada ginjal diperankan oleh nefron ginjal yang tersusun atas
glomerulus dan tubulus ginjal. Pori-pori nefron ginjal sebesar 600 nm, sedangkan
pori-pori kertas filter ini sebesar 700 nm. Hal ini mengakibatkan hanya
senyawa-senyawa tertentu saja yang ukuran molekulnya sangat kecil yang mampu
melewati filter ginjal (nefron) (Yatim, 1990).ginjal
IV.
KESIMPULAN
1.
Ginjal
merupakan organ yang mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam tubuh
melalui berbagai tahapan proses, meliputi filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi
pasif, dan sekresi.
2.
kerja ginjal dilaksanakan melalui beberapa
rangkaian proses sehingga terbentuk urin, yaitu : penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi) dan augmentasi.
3.
Larutan
protein setelah diberi reagen Biuret akan berwarna ungu pekat . larutan
glukosa yang diberi reagen Benedict akan berubah warna menjadi orange pekat. Larutan amilum yang di tambahkan
dengan reagen lugol berwarna biru pekat. Larutan akuades pada diberi reagen Biuret sehingga kenampakannya
menjadi berwarna ungu.
Komentar
Posting Komentar