Hama Ikan dan Pengendaliannya

ACARA II

HAMA IKAN DAN PENGENDALIANNYA


 















Oleh :

Nama               :   Jihan Ibnu Hayyan

NIM                  :   B0A013040

Rombongan     :   II

Kelompok        :   1

                                          Asisten              :  Nabil Azizar Rahman





LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN ORGANISME AKUATIK








KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015




I.         PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Perikanan dan Kelauatan adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat strategis bagi perkembangan pembangunan Indonesia melalui kegiatan ekspor produk perikanan. Saat ini pemerintah berusaha menjadikan sector kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor andalan yang diharapkan mampu mengeluarkan bangsa Indonesia dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan bertujuan untuk menyediakan protein hewani pada makanan dan bahan mentah bagi industri perikanan, meningkatkan pendapatan petani ikan, menciptakan kesempatan kerja dan bisnis dan meningkatkan devisa negara melalui promosi ekspor produk perikanan budidaya, dan dukungan daerah sebagaimana pembangunan nasional berkelanjutan (Ahmad, 2009).
            Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt).
            Bakteri merupakan satu sel tunggal atau uniseluler, tidak mempunyai kloropil,berkembang biak dengan cara pembelahan sel atau binner.karena tidk mempunyai klorofil,bakteri hidup sebagai saprofit atau sebagai jasad yang parasitic tempat hidupny6a tersebar dimana – mana,mulai dari udara,dalam tanah,air pada bahan makanan,tumbuhan ataupun pada tubuh manusia dan hewan.Bakteri juga merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada  tempat-tempat yang ekstrim.Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (Ahmad, 2009)

1.2  Tujuan
1.      Mengenal jenis-jenis hama pada ikan dan bahayanya
2.      Mengenal bahan kimia untuk pengendalian hama ikan
II.                TINJAUAN PUSTAKA
            Kasus penyakit ikan tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, akan tetapi merupakan hasil akhir dari beragam sebab akibat interaksi antara inang (termasuk didalamnya kondisi fisiologis, reproduksi, dan tingkat perkembangan individu), lingkungan perairan, dan pathogen (Aprianto, 1992) dalam FAO dan NACA, 2001). Dibawah kondisi akuakultur, ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kerentanan inang terhadap penyakit. Faktor lingkungan perairan tidak hanya mencakup air dan komponen-komponennya (misalnya oksigen, pH, temperatur, racun, dan limbah) akan tetapi juga mencakup manajemen akukultur yang lain (misalnya penanganan, perlakuan dengan obatobatan, prosedur transportasi ikan, dll).
            Sedangkan faktor pathogen mencakup virus, bakteri, parasit, dan jamur dimana timbulnya penyakit ikan disebabkan oleh spesies tunggal suatu patogen atau oleh saling interaksi antara pathogen yang berbeda. Penyakit ikan yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur disebut penyakit infeksi. Sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh lingkungan, nutrisi, dan genetika.. Jamur dulunya disebut tumbuhan tanpa klorofil, akan tetapi saat ini cenderung dimasukkan dalam kingdom yang terpisah. Organisme ini dapat berupa uni atau multi seluler dan beberapa diantaranya merupakan penyebab beberapa penyakit pada vertebrata. Sebagaimana organisme lainnya, jamur mendapatkan makanannya dari bahan-bahan organik baik dalam keadaan hidup ataupun mati (Pelczar dan Chan, 1986).
            Menurut Kabata (1985), bakteri adalah organism tunggal yang reproduksinya melalui pembelahan sel atau mesosoma berfungsi membagi dua, tidak mempunyai membran inti atau inti sejati dan hidupnya tergantung pada Ribosomes (protein), bila tidak ada ribosomes bakteri akan mati, mempunyai membran Cytoplasma dan berfungsi sebagai respirasi enzim yang terdiri dari 40% lemak serta 60% protein dengan dinding sel yang memberi bentuk sel bakteri dan melindunginya terhadap pengaruh luar, dengan kadar 10-40% berat kering sel dengan komposisi muca peptide kompleks yang terdiri dari Asam amino glukosamine dan asam amino nuramic acid. Bakteri juga merupakan organisme primitif akan tetapi mempunyai susunan sel yang telah berkembang dengan sempurna walaupun tidak memiliki nukleus sebagaimana mahluk-mahluk hidup yang lebih tinggi. Bakteri biasanya mempunyai tingkat reproduksi yang tinggi apabila ketersediaan makanan cukup. Jika makanan tersebut ditemukan pada organisme lain maka hal inilah yang dapat menyebabkan penyakit. Beberapa spesies diantaranya dapat hidup didalam atau diluar organisme multiseluler lain tanpa menyebabkan penyakit bahkan diantaranya sangat dibutuhkan oleh inangnya (Khairuman, 2005).
            Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempatinya (inangnya) dan menyebabkan penyakit. Parasit dapat merugikan inangnya karena mengambil makanan pada tubuh inangnya (Rochdianto, 2005) selain itu, parasit adalah suatu organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya dan merugikan bagi inang tersebut. Sehingga parasit tidak dapat hidup lama di luar tubuh inangnya (Alifuddin, 2004). Menurut Rochdianto (2005) berdasarkan sifat hidupnya parasit dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu obligat dan fakultatif. Obligat yaitu parasit yang hanya bisa hidup jika berada pada inang. Fakultatif yaitu parasit yang mampu hidup di lingkungan air jika tidak ada inang disekitarnya.















II.                MATERI DAN METODE
A.  Materi
       Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum adalah bak pembedahan, loop glass, alat tulis, pensil warna, dan sarang atau alat tangkap.
       Bahan- bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah beberapa jenis hama yang langsung ditangkap di lapangan (kolam setelah pemanenan), contoh bahan kimia (pestisida, DDT, dan lainnya).

B.  Metode
-       Sebaran hama haasil tangkapan, di kolam trradisional/intensif sekitar kolam dan saat pemanenan
-       Sampel hama diperiksa, diamati dan digambar
-       SAmpel hama diidentifikasi dn diklasifikasikan termasuk jenis hama apa
-       Catat hasil pengamatan



III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1   Hasil






















                                          






 














3.2  Pembahasan
          Hama dapat diartikan sebagai organisme yang dapat memangsa ikan sehat maupun sakit secara langsung maupun bertahap. Hama dapat berasal dari luar atau dalam kolam. Hama dari luar dapat masuk kedalam kolam melalui aliran aliran air dalam kolam. Hama yang masuk melalui aliran air terjadi karena air tidak disaring saat masuk ke kolam. Untuk  itu, pintu pemasukan air sebaiknya menggunakan filter.Jenis ikan lain dapat sebagai hama. Jenis ikan yang dapat menjadi hama nila tergolong ikan pemakan daging sperti belut dan gabus
          Beberapa jenis hama yang sering menyerang nila antara lain sebagai berikut:
A.    Notonecta
          Di daerah Jawa Barat, hama ini dikenaldengan sebutan bebeasan (beas artinya beras). Penyebutan ini disebabkan ada bintik putih menyerupai beras di tubuhnya. Binatang ini sangat berbahaya bagi ikan karena dapat menyerang benih, terutama ukuran kecil. Hama ini dilengkapi tiga pasang kaki sebagai alat berenang dan dua pasang alat penyengat. Selain sebagai alat berenang, kakinya digunakan untuk menyepit mangsa, lalu menyengatnya. Sengat sangat mematikan.
          Notonecta menyenangi perairan yang bahan organik dan tanaman airnya banyak. Binatang ini sewaktu-waktu dapat muncul kepermukaan air untuk mengambil oksigen. Bila kondisi perairan tidak sesuai, hama ini akan terbang dan pindah ke kolam lain pencegahannya sangat sulit
          Pencegahannya masih sangat sullit, tindakkan terbaik hanyalah mengurangi populasina. Caranya dengan membuang tanaman air dan mengurangi kandungan bahan organik dalam kolam. Bila populasinya sangat banyak, segera laukuakn pemberantasan dengan cara menebarkan minyak tanah sebanyak 51/1000m2 air kolam  ( usni arie)
b.      Larva Cybister
          Biasanya petani menyebut larva cybister ini dengan nama ucrit. Bentuknya seperti ukat, tetapi badannya kaku dan adapat bergerak dengan cepat. Warnanya agak kehijauan. Di bagian kepala terdapat taring sebagai alat penjepit mangsa. Dibagian belakang tubuh terdapat alat penyengat. Serangannya dilakukan dengan menjepit perut mangsa (benih) hingga sobek lalu dimangsa. Itulah sebabnya hama ini lebih berbahaya dibanding notonecta. Dalam sehari asaj, seekor larva dapat menyerang beberapa ekor benih nila.
          Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.
          Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.
          Pengendalian hama secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman menggunakan zat kimia pembasmi hama tanaman yaitu pestisida. Definisi dari pestisida, ‘pest” memiliki arti hama, sedangkan “cide” berarti membunuh, sering disebut “pest killing agent”.
          Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
          Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.
A.     Macam-macam pestisida
          Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :
a. fungisida          : pengendali cendawan
b. insektisida        : pengendali serangga
c. herbisida           : pengendali gulma
d. nematisida        : pengendali nematoda
e. akarisida           : pengendali tungau
f. ovarisida           : pengendali telur serangga dan telur tungau
g. bakterisida        : pengendali bakteri
h. larvasida           : pengendali larva
i. rodentisida        : pengendali tikus
j. avisida               : pengedali burung
k. mollussida        : pengendali bekicot
l. sterillant            : pemandul.
B.   Peranan Pestisida
          Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaanya adalah :
-       Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.
-       Efisien untuk mengendalikan hama tertentu.
-       Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan.
-       Tidak boleh persistent, harus mudah terurai.
-       Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum.
-       Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut.
-       Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.
-       Relatif aman bagi pemakai.
-       Harga terjangkau bagi petani.
          Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaanya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama. Hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
          Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
          Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilanga.  
          Hama yang ditemukan pada saat praktikum adalah :
1.      Belalang (Melanoplus differentialis)
Kingdom                    : Animalia
Phylum                       : Arthropoda
Class                          : Insecta
Order                         : Orthoptera
Suborder                    : Caelifera
Common Name          : Grasshopper
Scientific Name         : Melanoplus differentialis
           Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea.
           Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster.
           Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram.
2.      Kecebong
Kerajaan         : Animalia
Filum              : Chordata
Upafilum        : Vertebrata
Superkelas      : Tetrapoda
Kelas              : Amfibia
Subkelas         : Lissamphibia
Ordo              : Anura
          Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
          Amfibia mempunyai ciri-ciri:
-       Tubuh diselubungi kulit yang berlendir
-       Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
-       Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
-       Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
-       Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
-       Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
-        Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
3.      Keong (Achatina fulica)
Kingdom             : Animalia
Subphylum           : Avertebrata
Phylum                : Moluska
Kelas                    : Gastropoda
Sub kelas             : Pulmonata
Ordo                     : Stylomatophora
Family                  : Achatinidae
Genus                   : Achatina
Spesies                 : Achatina fulica
          Achatina merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang tidak memiliki tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara . Cangkang bekicot terpilin Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh ,bentuk cangkang Fusiform , tidak memiliki tutup cangkang (Operculu). warna cangkang coklat dengan pola-pola garis gelap di permukaan nya.
          Ciri-ciri keong secara umum :
-    Kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde (gelung, whorl).
-    Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex.
-    Sumbu kerucut disebut columella.
-    Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung-gelung di atasnya disebut spire (ulir).
-    Alat indera pada keong meliputi mata, tentakel, osphradia dan statocyt.
-    Berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.
-    Bergerak lambat menggunakan kakinya.
          Keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong mas betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat berkembang biak (Kabata. 1985). Kucing (F. silvestris)
Kerajaan         : Animalia
Filum              : Chordata
Kelas              : Mamalia
Ordo               : Karnivora
Famili             : Felidae
Genus             : Felis
Spesies           : F. silvestris
Upaspesies     : catus
           Pemangsa terhebat sepanjang masa. Berbeda dengan saudara-saudara yang berukuran lebih besar, kucing merupakan predator dengan menu makanan yang beragam. Itulah alasan mengapa sampai sekarang kucing belum punah dari muka bumi ini.
           Kucing diciptakan dengan segudang kemampuan hebat dengan didukung "persenjataan" canggih pada tubuhnya, yang meliputi:
-    Mata, pupil mata kucing bisa membesar dan mengecil dengan cepat untuk mengoptimalkan cahaya yang diterimanya.
-    Telinga, kucing memiliki telinga yang berbentuk corong dan bisa digerakkan dari depan ke belakang seperti radar. Hal ini berfungsi untuk mendeteksi asal sumber bunyi.
-    Hidung, penciuman kucing memiliki kemampuan yang hebat walau masih kalah jauh dengan anjing.
-    Kaki, kucing memiliki kaki yang kuat dan elastis, itulah mengapa kucing tidak pernah mengalami cidera jika melompat dari tempat yang tinggi.
-    Telapak kaki, telapak kaki kucing dilengkapi dengan bantalan halus seperti karet. Itu berguna sebagai peredam suara langkah kucing agar tidak terdeteksi olah mangsanya, terutama tikus.
-    Cakar, cakar kucing bisa dilipat dan kemampuan itu tidak dimiliki oleh semua saudaranya yang lebih besar.
-    Kumis, kumis merupakan indra ke-6 bagi kucing. Kumis ini berfungsi sebagai sensor gerak dan bau. Kumis akan difungsikan dengan maksimal jika kucing berada pada tempat yang gelap gulita, dimana tidak ada cahaya sama sekali. 
4.      Lumut (Riccia sp)
Domain          : Eukariotik
Kingdom        : Plantae
Devisio           : Bryophyta
Classis            : Hepaticeae
Ordo              : Marchantiales
Familia           : Ricciaceae
Genus             : Riccia
Spesies           : Riccia sp
          Dapat di temukan di bebatuan yang lembab dan kayu yang lapuk ataubiasanya di gunakan dalam akuarium. Dikotomus bercabang membentuk sebuah roset. Bagian atas (dorsal) permukaan talus berwarna hijau. Bawah (ventral) permukaan memiliki punggung perut pertengahan bantalan satu baris sisik multiselular di kedua sisi punggung bukit. Ada banyak rhizoids uniseluler dua jenis pada permukaan ventral. Salah satu jenis disebut mulus dan jenis lainnya adalah dipatok atau tuberculated rhizoids; ini membantu aborption. Di dalam talus terdapat ruang udara dan liang udara yang berfungsi untuk mencegah masuknya air. Terdapat pertulangan daun yang menggarpu dan punya akar semu atau rizhoid. Reproduksi generatif dengan membentuk sporangium sedangkan secara vegetatif dengan spora dan kuncup. Termasuk tumbuhan berumah dua.
5.      Capung (Orthetrum testaceum)
Kingdom        : Animalia
Filum              : Arthropoda
Kelas              : Insecta
Ordo               : Odonata
Family            : libelluidae
Genus             : Orthetrum
Spesies           : Orthetrum testaceum
           Capung memiliki mata yang mampu melihat ke segala arah dengan dilengkapi mata majemuk, tiga oseli dan bulu pendek menyerupai antena serta tipe mulut mandibulata. Toraks relatif kecil dan kompak (protoraks dan dua ruas toraks lainnya berukuran kecil) dan pada permukaan dorsal terdapat pterotoraks yang berada di antara pronotum dan dasar sayap yang terbentuk oleh sklerit-sklerit pleura.
           Capung memiliki tungkai relatif pendek yang merupakan bentuk adaptasi untuk hinggap, menangkap dan menahan mangsa. Tungkai terdiri dari trokanter dan femur kuat; tibia yang ramping tanpa taji dan tiga ruas tarsi. Pada tibia capung famili Corduliidae dan Cordulegastridae terdapat beberapa duri.
           Keempat sayap Odonata memanjang dan terdapat banyak venasi. Ukuran panjang sayap capung dewasa berkisar antara 2 cm sampai 15 cm bahkan bisa mencapai 17 cm. Abdomen berbentuk memanjang agak silindris, terdiri dari beberapa ruas, meruncing ke ujung. Abdomen Odonata mempunyai sepuluh ruas yang bersifat fleksibel. Ruas pertama sampai kedelapan terdapat spirakel sebagai alat bantu pernafasan bagi capung. Ukuran abdomen pada ruas pertama, kedua, kedelapan, dan kesepuluh lebih pendek daripada ruas lain (Rokhmani, 2002)
           Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilkukan, didapati hasil bahwa banyak parasite dan hama yang terdapat pada kolam. Parasit dan hama tersebut dapat menyebabkan ikan menjadi sakit. Hal ini serupa dengan pernyataan Rokhmani (2002)  bahwa parasit dapat merugikan inangnya karena mengambil makanan pada tubuh inangnya selain itu, parasit adalah suatu organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya dan merugikan bagi inang tersebut. Sehingga parasit tidak dapat hidup lama di luar tubuh inangnya (Alifuddin, 2004).




















IV.             KESIMPULAN
            Kesimpulan dari hasil praktikum Hama dan Penyakit Ikan yang telah dilakukan adalah :
1.      Banyak jenis-jenis dari hama ikan yang membahayakan. Dari mulai belalang, keong dan lain sebagainya
2.      Hama-hama tersebut dapat dimusnahkan, baik secara fisik maupun kimia. Tergantung dari seberapa parah hama tersebut telah menjangkiti ikan.































                    







DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syaifudin.  2009.  Parasit Protozoa pada Ikan. Mata Elang. Jogjakarta.
Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan
            Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan.
            Agustus 2004. Bogor.15 hal
Aprianto, 1992.  Pengendalian Hama  dan Penyakit Ikan. Kansius. Jakarta
Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of
            Freshwater Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH Publications
            Inc. United States
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
Herfiani, Alexander Rantetondok dan Hilal Anshary. 2012. Diagnosis Penyakit     Bakterial pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada      Keramba Jaring Apung Boneatiro Di Kabupaten Buton. Buton
Kabata. 1985. Parasit and Disease of Fish Cultured in Tropics. Taylor and Francis.            London
Khairuman, 2005. Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif . AgroMedia Pustaka.         Jakarta.
Nur, A.  Fakhrizal, Eka Rahmaniah,dan Tsaqif Inayah. 2013. Pengaruh Ekstrak     Bawang Putih Dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Mortalitas      Kutu    Ikan (Argulus sp.) yang Mengiinfeksi Ikan Mas Koki (Carassius auratus       Linn). Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Panigharhi, Ashis Kumar, Neelanjana Choudhury, dan Jayanta Tarafdar. 2014.      Pollution Impact of Some Selective Agricultural Pesticides on Fish                    Cyprinus carpio. University of Kalyani. India
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit
            Universitas Indonesia. Jakarta.
Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus   carpio Linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1          FE, Universitas Tabanan
Rokhmani, 2002. Beberapa Parasit pada Budidaya Ikan Gurami di Kabupaten      Banyumas. Sains Akuatik. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.UMP



Komentar