Identifikasi Organisme Penyebab Penyakit Infeksi dan Non Infeksi

ACARA III

IDENTIFIKASI ORGANISME PENYEBAB PENYAKIT INFEKSI DAN NON INFEKSI


 















Oleh :

Nama               :   Jihan Ibnu Hayyan

NIM                  :   B0A013040

Rombongan     :   II

Kelompok        :   1

                                          Asisten              :   Nabil Azizar Rahman





LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN ORGANISME AKUATIK








KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015





I.         PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya ikan (Irawan, 2004).
            Serangan penyakit dan gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhanikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konveri pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunnya hasil panen (produksi), tetapi pada tahap yanglebih jauh dapat menyebabkan kegagalan panen (Kordi, 2004).
            Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Khairyah, 2011).
            Parasit didefenisikan sebagai organisme yang hidupnya menumpang pada permukaan atau dalam tubuh organisme lain yang disebut inang (host), mempunyai sifat merugikan inangnya. Jadi dalam hidupnya golongan parasit membutuhkan inang sebagai habitat atau tempat hidupnya (Khairyah, 2011).
            Kemajuan teknologi budidaya perikanan pada satu sisi dapat meningkatkan produksi sektor  perikanan. Namun disisi lain dengan padat tebar yang tinggi serta pemberian pakan yang berlebihan, menyebabkan pergeseran keseimbangan antara lingkungan, ikan yang dipelihara dan patogen penyebab penyakit. Pergeseran keseimbangan ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimiliki menjadi lemah dan akhirnya terserang penyakit.
                 Menurut Hirschhorn (1989), lingkunngan perairan mengandung banyak sekali spesies bakteri, kebanyakan dari bakteri ini bermanfaat untuk keseimbangan alam dan tidak berakibat buruk bagi ikan. Namun demikian, sekitar 60 hingga 70 spesies bakteri mampu menimbulkan penyakit pada hewan air dan jarang sekali ikan yang terinfeksi bakteri ini juga menyebabkan infeksi pada manusia.
                 Lingkungan perairan, khususnya perairan budidaya dan eutrophik, menyediakan habitat alami bagi pertumbuhan dan proliferasi bakteri karena tersedianya nutrien-memproduksi bahan organik yang meningkatkan pertumbuhan bakteri. Beberapa bakteri akan tumbuh dan berkembang pesat jika terdapat bahan organik sebagai sumber nutrien, sementara yang lainnya lebih bersifat memilih makanannya dan mampu bertahan hidup dilingkungan dengan cara menempel di inangnya. Selain itu juga, salinitas air, atau media kultur, berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan beberapa bakteri.
                 Sebagian besar penyakit bakteri pada ikan ditimbulkan secara langsung dari stressor lingkungan seperti kualitas air, handling, atau parasit nonlethal. Kebanyakan infeksi bakteri adalah bersifat “secondary” bahkan pathogen obligat pun demikian pula. Ikan pembawa bakteri (carrier) obligat (ex. A.salmonicida) tidak menimbulkan efek negatif dengan hadirnya bakteri tersebut sampai respon stress ikan mencapai titik puncak imunitas dan resitensinya, meyebabkan infeksi fase dorman menjadi aktif, melemahkan, dan timbul infeksi klinis. Saat organisme bakteri fakultatif menimbulkan penyakit, seringnya diklasifikasikan sebagai “secondary” dan tidak dianggap sebagai penyebab serius penyakit, namun hal ini tidak sepenuhnya benar. Infeksi sekunder sering menyesatkan karena sebenarnya banyak bakteri fakultatif adalah penyebab utama kematian ikan dan harus ditangani segera dengan benar.

1.2  Tujuan
1.      Mengenal tanda-tanda karakteristik serangan oleh penyakit infeksi pada ikan
2.      Mengidentifikasi organisme penyebab penyakit infeksi
3.      Mengenal conooth bahan kimia dan obat pengendalian penyakit
II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Bakteri yang menyebabkan masalah penyakit pada ikan adalah bakteri batang/rod gram negatif, namun beberapa pathogen adalah bakteri rod gram positif atau cocci.  Terdapat dua tipe dasar bakteri yang menyebabkan masalah pada ikan : 1) pathogen obligat, dan 2) pathogen fakultatif. Bakteri yang bersifat obligate sangat jarang ditemui yaitu bakteri yang tidak mampu hidup tanpa menempel pada inang, contohnya adalah Renibacterium salmoninarum, penyebab penyakit ginjal, dan Mycobacterium. Bakteri fakultatif mampu bertahan hiudp di air, namun pada kondisi tertentu, saat lingkungan menyebabkan stress, bakteri ini memyebabkan infeksi penyakit pada ikan. Aeromonas hydrophila, adalah satu contoh dari jenis bakteri ini yang sering ditemukan.
            Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Dengan kata lain parasit hidup dari pengorbanan inangnya. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zat makanan dari inangnya.
            Gejal klinis yang umum ditemui dari infeksi bakteri adalah hilangnya nafsu makan, tingkah laku dan berenang tidak tentu dan lemah, lendir yang berlebihan pada insang dan kulit, nekrosis pada integumen, sirip geripis, cairan darah terdapat di rongga abdominal, dan internal organ mengalami hemorrhagic dan bengkak. Insang menjadi pucat, bengkak, atau mengalami nekrosis. 
            Ikan gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari setengah kali panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13 jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada terdiri dari 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik.
            Vedca (2009), penyakit merupakan suatu keadaan dimana organisme tidak dapat mempertahankan keadaan normal karena adanya gangguan fungsi fisiologi yang dapat disebabkan oleh organisme patogen maupun faktor lainnya. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun keadaan lingkungan.
            Penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya parasit yang menyerang pada badan ikan, insang, lendir maupun dalam tubuh ikan itu sendiri. Parasit ini dapat berupa protozoa, cacing, udang renik, jamur, bakteri dan virus. Lokasi penyerangan berbeda-beda, kadang didalam tubuh namun tidak jarang diluar (kulit, insang dan sirip).
            Kordi (2004), menyatakan bahwa penyakit ikan terjadi sebagai interaksi antara ikan dengan lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi berkembangnya penyakit berkembangnya penyakit adalah gangguan lingkungan, jenis, perubahan musim, fluktuasi suhu yang tinggi dan cara penanganan yang salah dapat mengakibatkan ikan menjadi stres, luka atau kerusakan pada tubuhnya.













III.             MATERI DAN METODE
A.  Materi
       Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum adalah 1 set alat bedah,kaca loop,bak pembedahan, alat tulis dan pensil warna, jarum ose, media agar,spritus,dan  mikroskop.
       Bahan- bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah ikan gurame (Osphronemus gouramy), alkohol, NaCl.

B.  Metode
Ø  Pengamatan parasit pada tubuh ikan:
1.        Ikan sakit yang akan dibedah diletakkan di bak pembedahan
2.        Ikan sakit di bedah dengan alat bedah secara hati-hati agar organ dalam ikan tidak rusak.
3.        Pembedahan ikan dilakukan melintang dari anus kearah kepala hingga ujung tutup insang.
4.        Selanjutnya pemotongan dari anus menuju keatas kepala sampai ujung tutp insang, kemudian selanjutnya ikan dibedah kebawah sampai ujung pemotongan pertama.
5.        Organ dalam tubuh diamati dan diperiksa.
6.        Bagian tubuh ikan( sirip ikan, sisik, insang dan lendir) diambil, kemudian di letakkan di object glass, ditetesi dengan NaCl dan diamati dengan mikroskop.
7.      Dicatat hasilnya.
Ø  Penanaman bakteri di media Nutrien Agar:
1.        Ikan sakit yang sudah dibedah, diperiksa bakteri dengan menggunakan jarum ose.
2.        Selanjutnya ditanam di media Nutrien agar selama 24 jam.
3.        Di catat hasilnya.




III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1   Hasil
4.      Tabel 4.1 Bagian tubuh dan Parasit yang ditemukan
No.
Bagian tubuh ikan
Parasit yang ditemukan
1.
Sirip ekor
Gyrodactylus sp
2.
Insang
-
3.
Sisik ikan
-
4.
Lendir
-

 





           

Text Box: Gambar 4.1 Gyrodactylus sp
Text Box: Gambar 4.2 Penanaman Bakteri Media NA
 
















3.2  Pembahasan
            Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Khairyah, 2011). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Khairyah, 2011).
Kerajaan   : Animalia
Filum                    : Chordata
Kelas                    : Actinopterygii
Ordo                     : Perciformes
Famili                   : Osphronemidae
Genus                   : Osphronemus
Spesies                 : Osphronemus gouramy
            Keadaan ikan gurame (Osphronemus gouramy) pada saat praktikum adalah : Pada bagian luar ikan mengalami mata cekung, lalu beberapa bagian sisiknya lepas, siripnya mengalami kerusakan, warna tubuh pucat dan kusam, dan terdapat luka pada kulit dan mulut. Sementara pada bagian dalam ikan tidak mengalami kelainan yang cukup berarti. Sementara dalam keadaan normal, bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi, dan pipih ke samping. Panjang maksimumnya mencapai 65 cm. Ukuran mulut kecil, miring, dan dapat disembulkan. Gurami memiliki garis lateral (garis gurat sisi atau linea literalis) tunggal, lengkap dan tidak terputus, serta memiliki sisik berbentuk stenoid (tidak membulat secara penuh) yang berukuran besar.
             Ikan ini memiliki gigi di rahang bawah. Di daerah pangkal ekornya terdapat titik bulat berwarna hitam. Bentuk sirip ekor membulat. Ikan ini juga memiliki sepasang sirip perut yang telah mengalami modifikasi menjadi sepasang benang panjang yang befungsi sebagai alas peraba.
            Secara umum, tubuh gurami berwarna kecokelatan dengan bintik hitam pada dasar sirip dada. Gurami muda memiliki dahi berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran dahinya menjadi semakin tebal dan tampak menonjol. Selain itu, di tubuh gurami muda terlihat jelas ada 8-10 buah garis, tegak atau vertikal yang akan menghilang setelah ikan menginjak dewasa.
            Pada ikan gurame(Osphronemus gouramy) yang dipraktikumkan, terdapat penyakit. Yaitu Gyrodactyliasis yang disebabkan oleh parasite Gyrodactylus sp. Gyrodactylus sp. merupakan ektoparasit yang sering menyerang kulit dan insang ikan laut maupun perairan tawar. Ektoparasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas didalam uterusnya. Pada ujung anterior ektoparasit ini terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Gyrodactylus memiliki tubuh yang kecil memanjang dan terdapat ophisthaptor dengan 16 kait marginal pada bagian posteriornya.
            Sementara pada praktikum yang kami lakukan, didapati hasil bahwa ikan gurame(Osphronemus gouramy) yang dipraktikumkan terkena penyakit Gyrodactylus sp. pada siripnya. Kualitas air yang buruk menyebabkan timbulnya penyakit ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hirschhorn (1989), lingkunngan perairan mengandung banyak sekali spesies bakteri, kebanyakan dari bakteri ini bermanfaat untuk keseimbangan alam dan tidak berakibat buruk bagi ikan. Namun demikian, sekitar 60 hingga 70 spesies bakteri mampu menimbulkan penyakit pada hewan air dan jarang sekali ikan yang terinfeksi bakteri ini juga menyebabkan infeksi pada manusia.
            Penyakit merupakan salah satu faktor kendala  dalam  kegiatan  budidaya  yang disebabkan  oleh  ketidakseimbangan interaksi  antara  faktor  lingkungan,  inang, dan agen penyakit. Faktor lingkungan dapat berperan  sebagai  pemicu  terjadinya  stress bagi  inang  akibat  perubahan  fisik,  kimia, dan  biologis  lingkungan  tersebut  sehingga daya  tahan  tubuh  menurun  dan  menjadi rentan  terhadap  serangan  penyakit  (Irianto, 2007).






IV. KESIMPULAN

            Kesimpulan dari praktikum Identifikasi Organisme Penyebab Penyakit Infeksi dan Non Infeksi adalah:
1.      Banyak ciri-ciri dari infeksi penyakit pada ikan. Untuk melihatnya maka diamati baik permukaan luar maupun dalam.
2.      Jenis-jenis penyakit pada ikan dibagi 2 : Penyakit infeksi dan Non Infeksi
3.      Harus dilakukan pengendalian penyakit pada ikan. Misalnya dengan memperhatikan kualitas air maupun kolam dengan baik. Agar ikan tidak terkena penyakit infeksi maupun non infeksi






























DAFTAR PUSTAKA

Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s. Mini Atlas of             Freshwater Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH          Publications     Inc. United States
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit    Universitas Indonesia. Jakarta.
Hirschhorn,  H.  H.  1989.  Handbook  of  Fish Disease.  TFH  Publication.  United           States of America. 160 p.
Irianto. K.  2007  .  Mikrobiologi.  Yrama Widya. Bandung. Hal 5-7
Izuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan        Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan.     Agustus           2004. Bogor.15 hal
Khairyah, Ummu, Rahayu Kusdarwati, Kismiyati. 2011. Identifikasi dan     Prevalensi Jamur Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di Desa      Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.           Universitas Airlangga. Surabaya.
Kordi, 2004. Jenis-Jenis Penyakit Pada Ikan Budidaya dan Penanggulangannya.   Penerbit Dua Elang. Jogjakarta.
Raden Budi Setiawan, Dulm’iad Iriana, Rosidah. 2012. Efektivitas Vaksin dari       Bakteri Mycobacterium fortuitum yang Diinaktivasi dengan Pemanasan        untuk Pencegahan Penyakit Mycobacteriosis pada Ikan             Gurami(Osphronemus Gouramy). Uiversitas Padjadjaran. Bandung.
Vedca,  2009.  Teknologi  Pengelolaan Kualitas Air. Bogor. 37 hal. 


Komentar