Organ Reproduksi Hewan

ORGAN REPRODUKSI HEWAN


 









Oleh :
Nama                           : Jihan Ibnu Hayyan
NIM                              : B0A013040
Rombongan               : I
Kelompok                  : 4



LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014





                                                                                                                                                     I.            PENDAHULUAN
1.1               Latar Belakang
Semua jenis makhluk hidup berusaha meneruskan keturunannya, baik dalam kondisi lingkungan yang normal atau pun dalam kondisi lingkungan yang sulit. Secara khusus, reproduksi mempelajari perkembangbiakan makhluk hidup dengan segala seluk-beluk perkembangbiakannya. Biologi menggolongkan reproduksi makhluk hidup atas dua cara, yakni reproduksi  seksual dan reproduksi aseksual. Begitupun reproduksi pada hewan juga terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual pada hampir semua hewan, sedangkan reproduksi secara aseksual hanya terjadi pada hewan-hewan tertentu, terutama hewan-hewan invertaebrata (Mahardono, 1979).
 Reproduksi aseksual terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi aseksual biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah atau tidak bertulang belakaang (avertebrata). Reproduksi seksual umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan betulang belakang (vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi). Reproduksi aseksual pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak melibatkan alat reproduksi. Ada 3 cara perkembangbiakan pada hewan secara aseksual, yaitu pertunasan, pembelahan sel, dan flagmentasi. Kebanyakan organisme mempunyai perbedaan yang nyata antara individu jantan dan individus betina (Campbell , 2004).
Reproduksi aseksual pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan peleburan dua sel gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secara kawin pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet, dapat terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, sebagai contoh pada cacing tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Keuntungan cara reproduksi  secara aseksual ini adalah suatu individu tidak memerlukan pasangan untuk menghasilkan individu baru sehingga akan mempercepat penyebarluasannya serta hanya mengeluarkan sedikit energi dibandingkan dengan reproduksi secara seksual (Irlawati, 2000).
  Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi pada tumbuhan. Beberapa cacing kecil berkembang biak dengan cara fregmentasi. Setelah tumbuh mencapai besar norma, cacing tersebut secara spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setisp bagian berkembang menjadi dewasa dan proses tadi terulang lagi. Sejumlah hewan berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Pada beberapa spesies, seperti pada ubur-ubur, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada yang lain, misalnya koral, tunas tersebut tetap terikat pada induk dan proses ini menyebabkan terjadinya koloni. Pertunasan juga lazim didapatkan pada hewan parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing pita. Cacing pita yang terdiri dari suatu kapsul  yang mengandung skoleks (Kimball, 2000).
  Beberapa spesies hewan tingkat tinggi berkembangbiak dengan cara yang menarik yang disebut dengan partenogenesis. Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang menjadi anak tanpa di buahi. Partenogenesis terdapat pada     ikan-ikan tertentu, sejumlah serangga dan beberapa jenis kadal. Pada beberapa kasus, partenogenesis adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan gewan tertentu untuk berkembangbiak.Tetapi yang lebih lazim, hewan tersebut melakukan partenogenesis pada waktu tertentu. Perkembangbiakan secara partenogenesis lebih cepat daripada secara seksual dan cara ini memungkinkan spesies dapat cepat memanfaatkan sum ber makanan yang tersedia. Mungkin semua bentuk reproduksi aseksual melancarkan kolonisasi dan eksploitasi yang efisien (Irlawati, 2000).
  Biasanya reproduksi aseksual adalah suatu alternatif dan bukanya suatu pengganti dari reproduksi seksual. Sebagaimana pada tumbuhan hanya pad reproduksi seksual dapat terjadi kombinasi gen baru. Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena reproduksi seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat berdaptasi pada perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada hewan  tidak terdapat generasi haploid dan diploid secara bergantian (Kimball, 2000).Oleh karena itu dengan melakukan praktikum ini kita bisa membedakan organ reproduksi jantan dan betina antara hewan satu dan hewan lainnya.

1.2   Tujuan

1.       Mengamati organ reproduksi katak betina dan jantan
2.       Mengamati organ reproduksi mencit betina dan jantan




                                                                                                                                    II.            MATERI DAN CARA KERJA
2.1               Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Katak sawah betina/jantan dan ikan nilem betina/jantan.
Alat yang digunakan adalah bak bedah atau alas yang berfungsi sebagai tempat pembedahan, botol pembius, ether/kloroform,kapas, dan jarum pentul.

2.2  Cara Kerja
2.2.1  Pengamatan organ reproduksi katak
1.       Katak betina/jantan diambil, lalu masukkan kedalam botol pembius yang berisi kapas dengan telah dibubuhi ether atau kloroform.
2.       Setelah katak terbius, ambil dan letakkan pada bak preparat dengan posisi terlentang
3.       Kaki katak dirintangkan dengan ditusuk jari-jarinya dengan menggunakan jarum pentul.
4.       Dengan menggunakan gunting bedah, bagian perut disayat sepanjang garis midventral.
5.       Bagian usus dikeluarkan yang mengamati organ reproduksi.
6.       Organ-organ reproduksi betina/jantan yang ditemukan diamati lalu digambar sesuai posisinya dalam tubuh.
7.       Hasil pengamatan dituangkan dalam lembar kerja dan diberi keterangan pada organ reproduksi yang diamati.
2. 2.2  Pengamatan organ reproduksi ikan nilem
1.       Ikan  betina/jantan diambil.
2.       Ikan  dibius dalam botol, pembius yang sudah diberi kapas yang telah dibasahi ether atau kloroform.
3.       Ikan lele dibius denggan cara merrusak otak menggunakan jarum kasur atau dibius dengan kapass yang dibasahi dengan ether/kloroform
4.       Ikan yang sudah terbius atau mati direntangkan diatas bak bedah.
5.       Bagian kulit ikan digunting tanpa merobek ususnya.
6.       Dengan menggunakan pinset dan gunting bedah, bagian dinding abdomen digunting kearah atas dan samping tubuh.
7.       Bagian perut ikan tersebut dibuka dan pisahkan ususnya kebagian bawah, hingga tampak bagian gonadnya.
8.       Organ reproduksi digambar sesuai posisinya di dalam tubuh dan hasil dituangkan ke dalam lembar kerja (dilengkapi keterangan gambar).



                                                                                                                                 III.            HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1   hasil



3.2   Pembahasan
Alat reproduksi pada katak jantan yaitu testis yang berjumlah sepasang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sujadi (2004), pada amfibi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak dibagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, tubulus ginjal akan menjaid duktus deferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis yaitu tempat penyimpanan sperma sementara. Vesikula seminalis akan membesar hanya musim kawin saja. Vas deferens merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis berjalan kemedial menuju ke bagian kranial ginjal.
Alat reproduksi pada katak betina yaitu ovarium berjumlah sepasang. Hal ini sesuai denggan pernyataan Adnyane (2011), ovarium berjumlah sepasang dengan bentuk berlobus-lobus. Ukuran ovarium katak betina bervariasi, begitu pula dengan stadium ovariumnya. Di lateral tiap ovarium terdapat oviduk yang tergantung pada dinding dorsal tubuh dan tampak berkelok-kelok. Di ujung interior oviduk terdapat celah seperti infundibulum (Tuba Ostium). Di bagian posterior setiap oviduknya ukurannya membesar dengan struktur seperti uterus yang berrfungsi sebagai tempat peyimpanan telur sementara. Bagian akhir oviduk dilanjutkan ke bagian kloaka yang merupakan permuaraan untuk traktus digestivus dan traktus urogenitalis.
Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air dengan menyemprotkan sel-sel gametnya keluar tubuh(frandson rd,1992). Setiap ovum yang keluar akan dilapisi selaput telur (membrane vitelin). Sebelumnya ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepsang akan ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk. dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kantung yang mengembung yang disebut kantung telur (uterus) (Effendie, 2002).
Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan bermuara pada kantong kloaka. Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Seperma yang di hasilkan berjumlah sepasang dan di salirkan kedalam vasdeverens (Pariwara, 2010).
                Vas deverens katak jantan bersatu dengan ureter . Dari vas deverens sperma lalu bermuara ke kloaka. Setelah terjadi vertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang dibuahi kemudian akan berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivore. Yang kemudian berkembang menjadi insektivora. Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, ekor semakin memendek dan akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorphosis katak selesai (Radiopoetro, 1977).
Pada ikan jantan memiliki alat reproduksi bernama testis dan pada ikan betina memiliki alat reproduksi bernama ovarium. Menurut Mahardono (1979), kelenjar kelamin pada ikan disebut gonad, pada jantan testis dan pada betina disebut ovarium. Testis bersifat internal dan berbentuk longitudinal, pada umumnya sepasang, bergantung pada bagian atas ongga tubuh dengan mesorchia, dibawah ataau ddiatas gelembung gas, berwarna putih susu dan halus. Kelenjar kelamin yang berwarna putih mempunyai permukaan licin, berisi sel-sel kelamin jantan (sperma) dan saluran pelepasan ddisebut deferens, saluran ini bertemu dan bersatu dengan saluran urine. Sedangkan pada ikan betina kelenjar kelamin mempunyai permukaan kasar, berbintik-bintik, berisi sel telur atau ovum dan saluran pelepasan disebut oviduct (Suripto, 1982).
Ovarium terdapat dalam hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus pada dinding tubuh (mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat pada hewan jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga perut dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium) (Sarwono, 2007).
                Testis pada vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan dalam bangunan khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon testosterone. Menurut Storer (1957), pada sistem reproduksi ikan nilem, Ovarium tersusun dari jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis yang di sebelah dalamnya terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia atau oosit) dan dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma.
                Umumnya setiap individu mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi kanan dan kiri tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur dan masing-masing terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel. Testis sebagai organ kelamin jantan berupa organ yang jumlahnya sepasang dan dilengkapi dengan saluran spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada vertebrata tinggi dan rendah berhubungan langsung dengan testisnya (Saanin, 1984).  Sel-sel yang berkembang menjadi gamet berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi akan terkumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke saluran-saluran dari tubulus atau testis yang kemudian bergabung menjadi epididmis.



                                                                                                                                                    IV.            KESIMPULAN
1.       Pada ikan jantan memiliki alat reproduksi bernama testis dan pada ikan betina memiliki alat reproduksi bernama ovarium.
2.       Alat reproduksi pada katak jantan yaitu testis yang berjumlah sepasang dan alat reproduksi pada katak betina yaitu ovarium berjumlah sepasang.
3.       Sistem reproduksi ikan jantan yaitu testis, saluran ureter dan anus, sedangkan ikan betina yaitu ovari, ureter, dan anus.


DAFTAR REFERENSI
Adnyane, I. K.M. et al. 2011. Profil Gonad Kodok Lembu Betina yang Diberi Human Chorionic Gonadottropin dan Ekstrak Hipofisis Kodok Lokal. Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi. Bogor.
Campbell, Reece Mitchael. 2004. Biologi, jilid 3. Erlangga. Jakarta
Effendie, M.I. 2002.  Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Jakarta
Irlawati,2000,Ringkasan Materi Olimpiade Internasional,ITB,Bandung.
Kimball,W John,2000.,Biologi Jilid 2 edisi ke-5,Erlangga,Jakarta.
Mahardono. 1979. Ichtilogy. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pariwara, Intan.2010.Buku Biologi Untuk SMU.Jakarta
Radiopoetro.  1977.  Zoologi.  Erlangga, Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi Ikan Vol. I dan II. Bina Cipta Barang : Bandung.
Sarwono,B. 2007. Beternak Lele Dumbo. Agromedia, Jakarta Selatan.
Storer and Usinger. 1957. Element of Zoologi .The McGraw - Hill Company  Inc, USA.
Suripto. 1982. Anatomi ikan, Merpati, Kadal dan Marmut, Seri Bi-1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jenderal Penddidikan Dasar dan Menengah Umum. Jakarta.

Sujadi, B. 2004. Biologi of Science. Trunobio. Bogor.

Komentar