I.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan baik faktor fisika, faktor kimia dan biologi. Salah satu faktor yang
mendukung kehidupan organisme di perairan adalah kadar salinitas dalam
perairan. Tinggi rendahnya salinitas di suatu perairan baik itu air tawar,
payau maupun perairan asin akan mempengaruhi keberadaan organisme yang ada di
perairan tersebut, hal ini sangat terkait erat dengan tekanan osmotik dari ikan
untuk melangsungkan kehidupannya. Ikan akan mengalami stress dan bahkan akan
mengalami kematian akibat osmoregulasi yang tidak seimbang. Perubahan salinitas
juga dapat mempengaruhi permeabilitas dinding sel ketika salinitas mengalami
perubahan. (Villeet al., 1988).
Osmoregulator merupakan
hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuh
tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus
membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik (Johnson, 1984)
Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya
berubah-ubah sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan
melakukan osmokonformitas. Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan
tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih
rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis), untuk itu hewan harus berusaha
mengurangi gangguan dengan menurunkan permeabilitas membran atau kulitnya,
gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya. Keadaan
kondisi internal yang mantap dapat dipelihara hanya bila organisme mampu
mengimbangi kebocoran dengan arus balik melawan gradient kosentrasi yang
memerlukan energy (Ville at al., 1988).
Hewan dengan keterbatasan toleransi terhadap bermacam-macam
lingkungan disebut stenohalin, sedangkan hewan dengan kemampuan toleransi yang
besar terhadap berbagai macam kedaan lingkungan disebut eurihalin. Selain
stenohalin dan eurihalin, hewan juga dapat dibagi menjadi kelompok berdasarkan
pola perubahan yang terjadi pada internal tubuhnya terhadap
konsentrasi osmosis cairan tubuh sebagai respon terhadap variasi eksternalnya
(Gordon, 1979)
Berdasarkan kemampuan
osmoregulasinya, hewan dibagi menjadi dua kelompok yaitu osmoregulator dan
osmokonformer. Osmokonformer merupakan hewan yang konsentrasi osmotik cairan tubuhnya
berubah-ubah sesuai dengan konsentrasi lingkungan eksternalnya misalnya pada
ikan laut. Osmoregulator adalah hewan yang konsentrasi cairan tubuhnya konstan
terhadap konsentrasi lingkungan eksternalnya, ikan Nila termasuk dalam kelompok
osmoregulator (Fujaya, 2004).
Kapasitas adaptif ikan nila untuk salinitas
yang berbeda tergantung pada fungsi osmoregulatory terintegrasi berbagai organ,
terutama insang, saluran pencernaan dan ginjal (1). Insang ikan teleost
memainkan peran penting dalam peraturan ion (2,3). Adaptasi ikan nila untuk
salin air melibatkan beberapa perubahan fungsional dalam insang epitel sel
klorida (CCS) dan aktivitas Na +-K +-ATPase. Itu CCS kaya mitokondria yang
ditemukan jarang didistribusikan pada filamen, di daerah interlamel, dan pada
basis lamellae (4,5). The CCS telah diidentifikasi sebagai satu-satunya unsur
epitel insang mengalami modifikasi yang jelas pada ikan euryhaline selama
adaptasi terhadap salinitas yang berbeda (1). Sel-sel ini adalah lokasi utama
insang Na +-K +-ATPase (3,6). Peningkatan Hasil salinitas dalam augmentasi dari
Na +-K +-ATPase kegiatan serta perubahan morfologi dalam CCS (3,7,8). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh salinitas tinggi pada
insang Na +-K +-ATPase kegiatan dan CC kelimpahan dalam Oreochromis niloticus (Guner
et al.2005). Diantara krustasea tingkat tinggi, kepiting memiliki pengaturan
osmosis (cairan tubuh) yang berkembang cukup baik. Adanya kombinasi antar
permeabilitas tubuh yang ditopang oleh kerangka luar membuat kepiting bakau
mampu mengatur konsentrasi cairan tubuhnya dengan baik (Nybakken, 1992 dalam
Rusdi et al 2006).
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari osmoregulasi pada hewan
eurihalin (hewan yang mampu hidup dalam perairan dengan salinitas yang cukup
luas), ikan nila (Oreochromis sp.)
dan hewan stenohalin, ikan nilem
(Osteochilus hasselti ) dan kepiting (Scylla serrata).
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1.
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Osmoregulasi meliputi wadah
(baskom plastik), pipet, jam, spuit, osmometer, respirometer, lap, bak
preparat, tissue, kertas cakram, mikropipet beserta tip.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Osmoregulasi adalah benih ikan
nilem (Osteochilus hasselti )
dan ikan nila (Oreochromis niloticus)
masing-masing 10 ekor, kepiting (Scylla
serrata), air laut dan larutan EDTA.
2.2.
Cara Kerja
2.2.1. Pengamatan toleransi
salinitas
1. Dibuat medium air dengan salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt dan 30 ppt.
2. Medium dibagi dalam 3 wadah percobaan, setiap wadah diberi label sesuai
dengan salinitasnya.
3. Masing-masing 10 benih ikan nilem dimasukkan dalam wadah.
4. Dilakukan pengamatan dan catat waktu kematian tiap ekor ikan pada
masing-masing wadah percobaan setelah 10, 20, 30 dan 40 menit.
5. Jika masih ada yang hidup, lakukan pula pengamatan dan catat waktu
kematian tiap ekor ikan pada masing-masing wadah percobaan setelah 24, 48, 72
dan 96 jam.
6. Dicatat hasil pengamatan pada tabel dan dihitung SR nya dengan rumus
Keterangan
:
SR :Derajat sintasan ikan
Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir
penelitian
No : Jumlah ikan
hidup pada awal penelitian
2.2.2 Pengukuran Osmolalitas Hemolimfe pada Kepiting
1. Ambil sampel hemolimfe kepiting dari bagian ruas-ruas kaki yang paling
dekat dengan tubuh kepiting menggunakan spuit injeksi berukuran 1 ml.
2. Injeksi yang dilakukan untuk mengambil hemolimfe sebelumnya dilapisi
larutan EDTA.
3. Ukur osmolalitas hemolimfe dengan vapour pressure osmometer.
4. Hitung rasio antara osmolalitas plasma dan medium.
5. Dicatat semua data yang diperoleh
3.2. Pembahasan
Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan
keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda. Secara
sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam
suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume
tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit, yang
menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu
berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut
cenderung mengganggu keadaan manpat dari kondisi internal (Ville et al.,
1988).
Osmoregulasi pada ikan air
tawar melibatkan pengambilan ion dari lingkungan untuk membatasi kehilangan
ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi tubuhnya hipertonik, sehingga
ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion (Boyd, 1990 dalam Arista, 2001)
. sedangkan menurut Schmidt-Nielsen (1990) Proses pengaturan Osmoregulasi pada tubuh ikan
adalah sebagai berikut. Ikan air tawar karena tubuhnya hipertonik terhadap
medium maka ia akan mengekspresikan kelebihan air melalui mekanisme yang
menyebabkan urinnya menjadi encer. Kelebihan air ini disebabkan oleh adanya air
lingkungan masuk ke dalam tubuh melalui difusi. Ikan air tawar bila dipindahkan
ke air laut maka keadaan tubuhnya akan menjadi hipotonik terhadap lingkungan.
Keadaan ini menyebabkan air keluar dari tubuh sehingga kadar garam di dalam
tubuh akan meningkat. Seiring meningkatnya kadar garam dalam tubuh, ikan yang
melakukan mekanisme ini disebut euryhalin, sedangkan yang tidak melakukan
mekanisme ini disebut stenohalin. Hewan pada dasarnya memiliki toleransi
terbatas terhadap lingkungan artinya bila dipindahkan ke suatu habitat akan
beradaptasi dan bila tidak mampu beradaptasi akan mati.
Organisme air dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan organisme air media, yaitu
(Fujaya, 2004) :
1. Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik
labil dan mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan
dengan tekanan osmotik air media hidupnya. Fujaya (2004) menambahkan hewan
invertebrate adalah hewan osmokonformer seperti ubur-ubur, rajungan dan
kerang-kerangan.
2. Osmoregulator, adalah
organisme air yang secara osmotik stabil (mantap), selalu berusaha
mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik yang relatif konstan, tidak
perlu harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya. Semua hewan air
tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Contoh dari
hewan osmoregulator adalah ikan Nilem (Osteocilus
hasselti) Selain itu, karena penggolongan osmokonformer dengan osmoregulator ini
maka, secara tidak langsung mempengaruhi pembagian hewan akuatik karena, tidak
semua hewan akuatik berhabitat pada air yang sama. Salinitas merupakan salah
satu indikator kecocokan habitat dengan ikan sehingga tidak sembarang ikan bisa
hidup di salinitas yang berbeda – beda. Namun, beberapa penelitian menunjukkan
kemampuan untuk beradaptasi ikan dalam segala macam lingkungan dengan salinitas
berbeda memunuclkan hewan – hewan yang disebut Euryhalin atau hewan akuatik
yang hidup dengan rentang salinitas yang cukup tinggi sehingga mampu hidup di
berbagai tiungkat salinitas hal ini, kemudian Stenohalin yaitu hewan yang hanya
mampu hidup dalam kisaran salinitas yang pendek atau sempit.
Ikan yang dapat beradaptasi
pada dua lingkungan berbeda sering disebut ikan eurihaline, mampu berpindah
dari erairan tawar ke perairan laut atau sebaliknya. Salah satu contoh ikan
yang mampu melakukan migrasi dari air tawar ke laut atau sebaliknya adalah ikan
sidat (Anguilla bicolor McClelland) (Susilo, 2010). Ikan Nila jika
dilihat dari toleransinya terhadap perubahan kadar garam termasuk ke dalam ikan
yang eurihalin. Ikan eurihalin yaitu ikan yang toleransi terhadap perubahan salinitasnya
luas. Menurut Ville et al (1988), organisme eurihalin mempunyai
mekanisme pengaturan renal dan ekstrarenal dalam merespon perubahan salinitas
yang terjadi dalam lingkungannya. Kebalikan dari eurihalin adalah kelompok
hewan stenohalin. Hewan stenohalin adalah hewan yang toleransi terhadap
perubahan salinitasnya sempit, contohnya ikan nilem. Semakin tinggi
konsentrasi maka semakin kecil nilai sintasannya atau semakin banyak ikan
yang mati. Ikan Nila jika dilihat dari toleransinya terhadap perubahan
kadar garam termasuk ke dalam ikan yang eurihalin. Ikan eurihalin yaitu
ikan yang toleransi terhadap perubahan salinitasnya luas. Menurut Weng et
al., (2002), organisme eurihalin mempunyai mekanisme pengaturan renal dan
ekstrarenal dalam merespon perubahan salinitas yang terjadi dalam
lingkungannya. Kebalikan dari eurihalin adalah kelompok hewan
stenohalin. Hewan stenohalin adalah hewan yang toleransi terhadap
perubahan salinitasnya sempit.
Data pengamatan toleransi
salinitas pada ikan nila dan ikan nilem menunjukan hasil ikan nilem lebih
rentan terhadap perubahan salinitas yang dalam hal ini semakin meningkat
dibandingkan dengan ikan nila. Data ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa ikan nila mempunyai tingkat osmolalitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri sampai salinitas
yang cukup tinggi, sedangkan ikan nilem tidak mampu hidup pada salinitas yang
cukup tinggi. Ikan nila jika dilihat dari toleransinya terhadap perubahan kadar
garam termasuk ke dalam ikan yang eurihalin. Ikan eurihalin yaitu ikan yang
toleransi terhadap perubahan salinitasnya luas. Kebalikan dari eurihalin adalah
kelompok hewan stenohalin. Hewan stenohalin adalah hewan yang toleransi
terhadap perubahan salinitasnya sempit, contohnya ikan Nilem (Ville et
al.,1988). Meskipun kepiting bakau termasuk organisme akuatik eurihalin yakni
dapat mentolerir rentang salinitas yang lebar, akan tetapi kisaran salinitas
untuk pertumbuhannya lebih sempit (Ruscoe et al., 2004 dalam rusdi et al 2006
).
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum Osmoregulasi maka dapat di
tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepiting memiliki kapasitas osmoregulasi berturut-turut sebesar 2,41
mmol/kg, 1,54 mmol/kg, 0,9169 mmol/kg, dan 0,65 mmol/kg.
2. Ikan nila (Oreochromis sp.)
merupakan contoh ikan eurihalin serta bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya, sedangkan ikan nilem (Osteochillus
hasselti ) termasuk ikan stenohalin dan kepiting (Scylla serrata) termasuk dalam hewan eurihalin.
Komentar
Posting Komentar