Pendugaan Variasi Genetik

PENDUGAAN VARIASI GENETIK


 















Oleh :

Nama                      :    Jihan Ibnu Hayyan

NIM                         :    B0A013040

Rombongan          :    II

Kelompok              :    1








LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II










KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014




I.          PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                Di dalam kehidupan di bumi ini terdapat banyak kehidupan. Kehidupan ini ada karena di dalamnya terdapat banyak suatu kelompok yang beraneka ragam yang dinamakan makhluk hidup. Makhluk hidup adalah suatu kelompok yang saling berorganisasi  dan saling memiliki ketergantungan satu sama lain baik yang sejenis maupun berbeda jenis sehingga saling membutuhkan satu sama lain. Namun, setiap makhluk hidup memiliki keanekaragaman walaupun dalam kelompok yang sejenis. Contohnya, bila anda memperhatikan teman-teman sekelas anda, dapat dipastikan tidak ada seorangpun yang persis sama dengan anda, baik dari penampilan wajah maupun sifat lainnya.
Contoh yang lain juga dapat kita temui di alam sekitar kita. Di dalam satu jenis tumbuhan tumbuhan yang sama, misalnya tanaman mangga, kita akan menjumpai bentuk buah yang berbeda-beda, demikian juga rasa dan aromanya.
Semua contoh diatas menunjukkan bahwa dalam organism hidup dijumpai berbagai macam tipe keragaman. Dengan adanya keanekaragaman inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah “variasi”. Genetika adalah ilmu yangmempelajari apakah keragaman jenis suatu organism diwariskan atau tidak dan mempelajari apa yang menyebabkan timbulnya keanekaragaman/variasi.
   Menurut tolok ukurnya variasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
•         Variasi yang bersifat kuantitatif, yaitu variasi yang dapat dilihat bentuknya secara deret matematis (kontinum) dan ditentukan oleh banyak gen ( poligeni ). Contohnya : tinggi, berat, dan jumlah.
•         Variasi yang bersifat kualitatif, yaitu variasi yang sifatnya diskontinum ( tidak bersambung menurut deret matematis ) dan ditentukan oleh satu gen ( monogenic ). Contohnya : warna kulit, golongan darah, dan sebagainya.
•         Variasi juga dapat dibedakan berdasarkan penyebab timbulnya variasi yaitu :
•         Variasi genetic adalah variasi yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun-temurun dari satu sel ke sel yang lain.
•         Variasi non genetik (variasi lingkungan) adalah variasi yang ditentukan oleh faktor lingkungan yang ada di sekitarnya dan tidak diwariskan ke keturunannya.
•         (Penuntun Genetika, 2013).
Berdasarkan penyebabnya, variasi dalam sistem biologi dibagi dua yaitu Variasi Genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun dari satu sel ke sel yang lain. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotif. Ini dikenal sebagai pembawa. (Syamsuri, 2002). Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH tanah, dll. Keadaan faktor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama, sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang komposisi lingkungan akan menentukan genotif yang sesuai untuk kondisis tertentu. (Welsh, 1991).



1.2 Tujuan
                Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pendugaan populasi variasi genetik pada ikan nilem (Osteochillus hasselti).





II.                  MATERI DAN CARA KERJA
2.1     Materi
Alat yang digunakan meliputi penggaris, kertas blok, serta timbangan.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini hanya ikan nilem (Osteochillus hasselti) yang diperoleh dari beberapa tempat.
2.2     Cara Kerja
1.       Ikan nilem (Osteochillus hasselti) diukur menggunakan kertas blok atau menggunakan penggaris.
2.       Dihitung jumlah nilai jumlah kuadrat (JK) total, JK antar lokasi, dan JK galat dengan rumus sebagai berikut :
FK (factor koreksi) = (∑Xi)2/N
N = jumlah seluruh individu ikan
JK total = ∑ Xi – FK
JK antar lokasi = ∑ Xrata-rata2 – FK
JK galat = JK total – JK antarlokasi
3.       Dihitung nilai kuadrat tengah (KT) antarlokasi dan KT galat dengan rumus sebagai berikut:
KT antar lokasi = JK antarlokasi/db galat
db antarlokasi = jumlah lokasi (a) – 1
db total = jumlah individu (an)  - 1
db galat = db total – db antarlokasi = a(n-1)
4.       Kemudian dihitung nilai pengdugaan variasi genetic (Vg) sebagai selisih antara KT antarlokasi dan KT galat.
5.       Lalu dengan cara yang sama dilakukan perhitungan nila pengdugaan variasi genetic Vg untuk bobot tubuh ikan.






III.                HASIL DAN PEMBAHASAN
             3.1  Hasil
Tabel 3.1.1 Pengamatan Panjang Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan
Beji 1
Beji 2
1
14,8 cm
14,8 cm
2
12,5 cm
14,5 cm
3
13 cm
14,9 cm
4
13 cm
13,2 cm
5
13,5 cm
14,5 cm
Total
66
71,9
Rata-rata
13,2
14,38

Tabel 3.1.2 Pengamatan Bobot Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan
Beji 1
Beji 2
1
35 gram
32 gram
2
31 gram
23 gram
3
38 gram
26 gram
4
29 gram
26 gram
5
29 gram
27 gram
Total
162
134
Rata-rata
32,4
26,8

Tabel 3.1.3 Analisis Variasi Panjang Ikan Nila(Oreochromis niloticus)
Sumber Variasi
db
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
Antarlokasi
a – 1 = 2 – 1 = 1
0,7
0,7
Galat
a (n – 1) = 2 (5 – 1) = 8
5,99
0,74
Total
an – 1 = 2.5 – 1 = 9
6,69
0,74






Tabel 3.1.4 Analisis Variasi Bobot Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Sumber Variasi
db
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
Antarlokasi
a – 1 = 2 – 1 = 1
15,68
15,68
Galat
a (n – 1) = 2 (5 – 1) = 8
168,72
21.09
Total
an – 1 = 2.5 – 1 = 9
184,4
20,48
  



3.2   Pembahasan
A.Variasi Gen Dalam Populasi
Variasi gen dalam populasi merupakan gambaran dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan. Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan-perbedaan individu, misalnya dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan tingkah lakunya. Variasi individu terjadi pada binatang bersel satu sampai dengan manusia.
Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Evolusi modern mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi genetika ini. Variasi dapat berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual, dan tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria.
Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Secara umum variasi gen dalam populasi dapat dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi, rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam.
1. Mutasi
Mutasi diartikan sebagai perubahan sifat keturunan (gen). Mutasi terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak lagi. Mereka cenderung untuk bertambah dalam populasi dibandingkan dengan anggota populasi lain yang mempunyai nilai selektif rendah.
Penyebab mutasi
Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi dikenal sebagai mutagen.
a). Faktor fisika (radiasi)
Agen mutagenik dari faktor fisika berupa radiasi. Radiasi yang bersifat mutagenik antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar –X, partikel beta, pancaran netron ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang mempunyai daya ionisasi.
b). Faktor kimia
Banyak zat kimia bersifat mutagenik. Zat- zat tersebut antara lain adalah pestisida dan bahan-bahan industri (Formadehid, Glycidol, DEB, dll), makanan dan minuman (caffein, siklamat, sikloheksilamin, natriun nitrit, asam nitrit, dll), Obat (Siklofosfamid, Metil di-kloro etil amin, Antibiotik, dll).
c). Faktor biologi
Virus merupakan penyebab kerusakan kromosom. Misalnya virus hepatitis menimbulkan aberasi pada darah dan sumsum tulang. Virus campak, demam kuning, dan cacar juga dapat menimbulkan aberasi.
2. Migrasi
Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat menambah bahan genetika baru ke lungkang gen yang telah ada pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi antara dua populasi yang berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, aliran gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan genetika yang berbeda antar populasi.
3. Genetic drift
Genetic drift adalah lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini sangat berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut menurun pada populasi yang berukuran besar. Karena itu dalam populasi kecil, kurang dari 100 individu hilangnya gen masih cukup kuat pengaruhnya terhadap frekuensi alela, meskipun ada agenesia evolutif lain yang berperanan pada saat itu juga terhadap perubahan frekuensi alela dalam arah yang berbeda.
4. Seleksi alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Antara sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston betularia. Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak dapat beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Kesimpulan:
1. Penyebaran kupu hitam berkorelasi dengan derajat pencemaran.
2. Ada mutasi putih ke hitam.
Gene pool
Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen. Dalam gen pool, dimana setiap macam gen dengan frekuensi atau perbandingan alel gen A dan a pada suatu populasi yang berbiak secara seksual, terdapat alel A sebanyak 90 % dari jumlah kedua alel, sedangkan alel a merupakan 10 % dari jumlah itu. Akan kita katakan kemudian bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,9 dan 0,1. Bila frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu, maka perubahan ini merupakan perubahan evolusi.
Kalau kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan di dalam komposisi genetis dari populasi, yang kita artikan adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di dalam suatu gen pool. Itulah sebabnya faktor penyebab evolusi dapat kita tentukan dengan menentukan faktor apa yang dapat menghasilkan suatu pergeseran dari frekuensi genetis.
B. Hukum Hardy – Weinberg
Populasi yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman, sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel. Kalau dalam suatu populasi terdapat gen yang terdiri dari 2 alel; A dan a, maka setiap individu tentunya akan memiliki salah satu atau kedua alel tersebut. Pasangan alel dapat berupa AA (homozigot dominan), Aa (heterozigot), dan aa (homozigot resesif). Dalam syarat-syarat tertentu, frekwensi alel A dan a di populasi tersebut tentulah akan tetap. Dengan demikian persentase individu AA, Aa, atau aa akan tetap dari generasi ke generasi. Pada populasi itu telah terjadi perimbangan alel.
Hukum Hardy-Weinberg merumuskan perimbangan alel pada populasi yang panmixis. Persentase masing-masing alel adalah tetap dan jumlahnya selalu 100%. Sedangkan kalau persentase itu diubah menjadi frekwensi, maka jumlah frekwensi semua alel dari satu gen adalah 1.
Syarat-syarat Berlakunya Hukum Hardy–Weinberg
Kondisi-kondisi pada hukum Hardy–Weinberg, sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam keseimbangan genetis. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
• Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti.
• Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
• Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
• Tidak terjadi seleksi alam.
• Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).
Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak, mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot, sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.
Jadi suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, yang disebut genetic drift.
Mutasi selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan mutasi pada berbagai macam gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat sama dapat sampai mencapai keseimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan waktu. Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama – sama betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering. Tekanan mutasi ini akan cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan – lahan pada frekuensi genetis di dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan cenderung untuk bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada faktor lain yang mengubah tekanan mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini merupakan faktor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada frekuensi genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat sehingga kalau bereaksi secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menimbulkan suatu perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid). Mutasi terjadi secara sembarang (random) dan seringkali cenderung untuk mengarah pada jurusan yang berbeda dari faktor – faktor lain yang menyebabkan organism sesungguhnya harus berevolusi.
Kalau gene pool harus dalam keadaan seimbang, sudah barang tentu imigrasi dari populasi lain tidak boleh terjadi kalau hal ini akan menyebabkan terjadinya pemasukan gen baru. Hilangnya gene pool secara emigrasi harus tidak boleh terjadi. sebagian besar populasi alami mungkin paling sedikit mengalami migrasi genetis di dalam jumlah yang sangat kecil, dan faktor ini menambah terjadinya variasi yang cenderung untuk mengacaukan keseimbangan Hardy-Weinberg. Sangat disangsikan akan adanya suatu populasi yang bebas dari migrasi genetis dan pada beberapa kejadian dimana migrasi genetis terjadi, hal ini terjadi begitu kecil sehingga dapat diabaikan sebagai faktor yang menyebabkan pergeseran frekuensi genetis. Itulah sebabnya dapat kita simpulkan bahwa syarat ketiga untuk keseimbangan genetis kadang – kadang terjadi di alam.
Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan atau reproduksi yang random. Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya bertanggung jawab atas kelangsungan reproduksi dari suatu populasi. Seleksi pasangan, efisiensi dan frekuensi proses perkawinan, fertilitas, jumlah zigot yang terjadi pada setiap perkawinan, prosentase zigot yang menuju kea rah pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai mencapai umur berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada keturunannya dalam arti keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua faktor yang mempengaruhi harus random, yakni tidak terganggu dari genotip.
Keadaan tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi. Faktor–faktor tersebut mungkin selalu berhubungan dengan genotip, yakni genotip dari organisme yang mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang disebutkan di atas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada aspek reproduksi yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan genotip.
Reproduksi tidak sembarang (nonrandom) adalah hokum umum. Reproduksi di dalam arti luas adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi.
Sehingga kalau kita simpulkan, empat kondisi yang diperlukan untuk keseimbangan genetis yang diusulkan oleh hokum Hardy-Weinberg adalah:
•Ditemukan pada populasi besar.
•Tidak pernah dijumpai mutasi.
•Tanpa migrasi.
•Reproduksi random tidak pernah dijumpai.
Suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai, perubahan secara evolusi adalah sifat–sifat fundamental dari kehidupan suatu populasi.
Variasi merupakan suatu fenomena umum yang terdapat pada suatu populasi. Variasi di dalam populasi terjadi sebagai akibat adanya keragaman di antara individu yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya perbedaan ciri-ciri mengenai suatu karakter atau beberapa karakter yang dimiliki oleh individu-individu di dalam populasi. Variasi yang dimiliki suatu populasi dengan populasi yang lain bisa dan sering tidak sama. Ciri variasi dari suatu populasi dapat menjadi ciri tertentu populasi tersebut yang membedakan populasi tersebut dengan populasi yang lain dalam satu spesies. Keragaman dapat terjadi pada beberapa tingkat, yaitu keragaman di dalam individu, di antara individu di dalam populasi, atau di antara populasi di dalam satu spesies. Variasi juga bisa dikaitkan dengan taksonomi di mana penggolongan suatu organisme adalah berdasarkan banyaknya kesamaan yang dimiliki kelompok organisme dibandingkan dengan kelompok yang lain. Keragaman yang dimiliki suatu populasi juga tidak selalu sama dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi.
Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif.Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian , maka, tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan muda adanyaperbedaan- perbedaan individu.Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebutakan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas(varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan (Setya B, R, 2002).
                Oleh karena banyaknya fenotif kuantitatif yang menampakkan variasi terus menerus maka cara untuk mempelajarinya adalah dengan menggunakan analisis varian yang terdapat dalam populasi dan memilah-milahkan ke dalam komponen genetik. Komponen genetik yang terlibat dalam fenotif kuantitatif adalah varian fenotif (VP), varian genetik (VG) dan varian lingkungan (VE). Varian fenotif merupakan jumlah dari varian genetik (VG), varian lingkungan (VE) dan interaksi yang terdapat diantara varian genetik dan varian lingkungan (VG-E)(Dotti, 2007).
            VP = VG + VE + VG-E
            Varian genetik merupakan komponen yang sangat besar sekali pengaruhnya terhadap fenotif kuantitatif karena obyek dari setiap program breeding adalah untuk mengeksploitasi atau untuk merubah genetik suatu populasi dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pengukuran varian genetik harus melibatkan varian genetik aditif (VA), varian genetik dominan (VD) dan varian genetik epistatik (VI). Dengan demikian VG merupakan jumlah VA, Vdan VI (Dotti, 2007).
            VG= VA + VD + VI
                Sub komponen VG tidak dapat disebut sebagai aksi aditif, dominan dan aksi gen epistatik. Varian genetik aditif (VA), VD dan VI merupakan komponen –komponen varian fenotif, bukan merupakan modus aksi gen untuk gen tertentu (Dotti, 2007).
                Perbedaan diantara VA, VD dan VI merupakan ekspresi sifat yang harus diwariskan kepada keturunannya dalam program pemuliaan ikan. Setiap perbedaan sifat diwariskan dengan cara yang berbeda sehingga program breeding yang berbeda diperlukan untuk mengeksploitasi setiap tipe varian genetik yang dapat memperbaiki produktivitas (Dotti, 2007)
·       Varian genetik dominan adalah varian yang ditimbulkan dari interaksi alel-alel pada setiap lokus. Hal ini disebabkan adanya pemisahan pasangan alel selama meiosis. Varian genetik dominan tidak dapat diwariskan dari induknya kepada keturunan, namun harus ditimbulkan lagi pada setiap generasi yang baru. Interaksi pasangan alel-alel dominan ini dapat berubah dan terpisah oleh peristiwa segregasi dan pindah silang (crossing over) selama meiosis, sehingga varian genetik dominan ini tidak dapat secara otomatis diwariskan dari induk kepada anaknya (Dotti, 2007).
·      Varian genetik epistatik merupakan varian yang ditimbulkan dari interaksi alel-alel diantara 2 atau lebih lokus. Peristiwa pemisahan alel dan segregasi selama meiosis mengakibatkan varian genetik epistatik tidak dapat diwariskan dari induk kepada anaknya, sehingga harus diupayakan kembali agar muncul pada stiap generasi yang baru (Dotti, 2007).   
·      Varian genetik aditif merupakan komponen genetik yang ditimbulkan oleh pengaruh aditif (pengaruh yang kuat) dari gen-gen. Varian genetik aditif merupakan kumpulan dari pengaruh semua alel-alel yang terdapat dalam lokus. Varian ini tidak tergantung pada interaksi spesifik atau kombinasi alel-alel, sehingga varian genetik aditif tidak terpisah selama proses meiosis. Dengan demikian varian genetik aditif diwariskan secara permanen dari induk kepada anaknya. Oleh karena pada pelaksanaanya varian genetik epistatik sulit untuk dieksploitasi, komponen genetik penting pada fenotif kuantitatif adalah varian genetik dominan (VD) dan varian genetik aditif (VA) (Dotti, 2007).
·      Ekspresi sifat kuantitatif dalam varian genetik dominan tergantung pada interaksi alel sehingga harus dieksploitasi dengan program hibridisasi untuk menimbulkan kembali kombinasi pasangan alel yang bersifat dominan. Sebaliknya varian genetik aditif tidak tergantung dari interaksi alel, karena varian tersebut merupakan fungsi alel yang akan terekspresi langsung dari induk kepada anaknya. Varian genetik aditif dapat dieksploitasi dengan program seleksi (Dotti, 2007).
Pendugaan variasi genetick,khususnya untuk karakter kuantitatif, secara klasik biasanya dilakukan dengan pengukuran variasi fenotipik (Vp) . Dengan menghilangkan komponen variasi lingkungan (Vi) dapat diperoleh komponen variasi genetik (Vg). Hal ini karena Vp = Vg+Ve dalam karakter kuantitatif ialah  kecerdasan ,merupakan salah satu bentuk quantative traits atau sifat kuantitatif. Jadi variasi fenotipe yang tampak dalam bentuk IQ adalah hasil kontribusi variasi genetik dan variasi lingkungan. Dalam hal ini, persamaan P = G + E bisa disesuaikan untuk sifat kuantitatif menjadi Vp = VGg + Ve + Vi, V disini maksudnya adalah variance, yaitu variasi data yang menunjukkan rentangan data dalam distribusi normal (Suryati, 2011).
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. “ Tidak ada dua individu yang sama persis”. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi organism dari spesies yang sama atau keanekaragaman spesies. Lingkungan atau faktor eksterna; seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. Baik hewan maupun tumbuhan juga mempunyai variasi yang tampak antara lain dalam bentuk, ukuran tubuh, warna dan ciri khan lainnya (Henuhili, 2003).
Sifat fenotip dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sebagai contohnya, padi unggul yang diperoleh melalui radiasi, yaitu Atomita I dan Atomita II yang dihasilkan akibat radiasi sinar gamma yang berasal dari CO-60. penelitian ini dikerjakan oleh BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), berasal dari padi jenis unggul Pelita I/1. Atomita I dan II tahan wereng coklat. Atomita II dapat hidup baik di daerah asin, tahan terhadap penyakit hawar daun (Xanthomonas orizae).
Atomita I dan Atomita II merupakan contoh bibit unggul yang diperoleh melalui mutasi buatan. Padi ini memiliki keunggulan, antara lain :
- tanamannya pendek sehingga tidak mudah tertiup angin
- umurnya lebih pendek
- tahan terhadap beberapa jenis hama (Zulianti, 2009)





IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:  
1.       Varietas genetik adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah, yang merupakan dasar kehidupan di bumi.
2.       Sumber – sumber variasi genetik adalah segregasi dan rekombinasi gen, pindah silang dan mutasi gen.






DAFTAR PUSTAKA
Beardmore,  J.  A. 1983. Extinction, Survival, and Genetic Variation.  In:  Genetics and Conservation. C. M. Schonewald-cox, S. M. Chambers, B. Macbryde, and W.L. Thomas (Editor). The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. London.
Campbell, J. B., 1987.  Introduction to Remote Sensing. Virginia Polytechnic Institute. The Guilford Press, New York, United States of America.Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.
Cordes, J.F. 2005.Genetic Analysis of Fish Genomes and Populations: Allozyme Variation Within and Among Atlantic Salmon from Downeast Rivers of Marine. University of California. Davis.
Handiwirawan, Eko. 2008. Keragaman Molekuler Dalam Suatu Populasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan : Bogor.
Ridley,  M. 1991.  Masalah-masalah Evolusi. Diterjemahkan A.  F.  Saifuddin. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Sudarmadji. 2007. Variasi Geneteik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.). BalaiPenelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang
Sudjadi, Bagod. 2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya : Yudhistira.
Susanto. 2011. Genetika Edisi ke- 1 . Yogyakarta: Graha  Ilmu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Suryati, 2011. Penuntun Pratikum Genetika Dasar I.  USU: Sumatra Utara.
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.


Komentar