ACARA IV
TEKNIK PENGENDALIAN
IKAN SAKIT
Oleh :
Nama : Jihan Ibnu Hayyan
NIM : B0A013040
Rombongan : II
Kelompok : 1
Asisten : Nabil Azizar Rahman
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN
ORGANISME AKUATIK
KEMENTERIAN
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di dalam melakukan kegiatan budi
daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di perlukan untuk mencegah
terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang banyak akibat
mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan pemberantasan
hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada tambak.
Adanya hama di dalam tambak sangat
merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu sendiri. Untuk itu para
pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang dapat
mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di
ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau
memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui.
Begitu pula dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya
karena adanya suatu penyakit dapat menyebabkan ikan / udang mati secara
mendadak dalam jangka waktu yang singkat (Axelrod, 1995).
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan
abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan ikan dalam mempertahankan
fungsi-fungsi fisiologik normal. Timbulnya sakit dapat diakibatkan infeksi
patogen yang apat berupa bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula
akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab lain (Kordi, 2004). Sedangkan menurut
Austin and Austin (1999), secara umum faktor-faktor yang terkait dengan
timbulnya penyakit merupakan interaksi dari 3 faktor yaitu inang, patogen, dan
lingkungan atau stressor eksternal (yaitu perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, tingkat higienik yang buruk, dan stres).
Penyakit ikan dapat didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau
struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Mendiagosis serangan penyakit pada ikan merupakan cara yang
tepat untuk mengetahui penyebab serangan dan jenis penyakitnya. Jenis penyakit
perlu dipastikan secepat mungkin, karena air sebagai media hidup ikan akan
memungkinkan penularan penyakit secara meluas dalam waktu relatif cepat.
Perubahan patologis pada berbagai organ eksternal maupun internal sering kali
sudah memberi petunjuk pada jenis penyakit tertentu. Perubahan patologis
memberi petunjuk pada jenis penyakit sebelum kematian dan setelah kematian
(post mortum) secara teliti terhadap organ eksternal maupun internal (Kordi, 2004).
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan adalah aspek luar kulit (warna, perubahan warna menjadi
pucat, hemoragik/ pendarahan di dalam, luka-luka, dan parasit), sirip dan ekor
(perubahan morfologi, hilangnya warna, dan hemoragik), sungut (patah, rusak,
memendek, dan hemoragik), bentuk (skoliosis, skordosis, kifosis), dan mata
(kekeruhan lensa dan hemoragik) (Kordi 2004).
1.2 Tujuan
1.
Menyiapkan sarana-prasarana pengendalian
ikan sakit
2.
Melaksanakan penanganan penegndalian ikan
sakit
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kasus penyakit ikan tidak hanya
disebabkan oleh satu penyebab saja, akan tetapi merupakan hasil akhir dari
beragam sebab akibat interaksi antara inang (termasuk didalamnya kondisi
fisiologis, reproduksi, dan tingkat perkembangan individu), lingkungan
perairan, dan pathogen (Snieszko, 1974 dalam FAO dan NACA, 2001). Dibawah kondisi
akuakultur, ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kerentanan inang
terhadap penyakit. Faktor lingkungan perairan tidak hanya mencakup air dan
komponen-komponennya (misalnya oksigen, pH, temperatur, racun, dan limbah) akan
tetapi juga mencakup manajemen akukultur yang lain (misalnya penanganan,
perlakuan dengan obatobatan, prosedur transportasi ikan, dll). Sedangkan faktor
pathogen mencakup virus, bakteri, parasit, dan jamur dimana timbulnya penyakit
ikan disebabkan oleh spesies tunggal suatu patogen atau oleh saling interaksi
antara pathogen yang berbeda. Penyakit ikan yang disebabkan oleh virus,
bakteri, parasit, dan jamur disebut penyakit infeksi. Sedangkan penyakit non
infeksi disebabkan oleh lingkungan, nutrisi, dan genetika.. Jamur dulunya
disebut tumbuhan tanpa klorofil, akan tetapi saat ini cenderung dimasukkan
dalam kingdom yang terpisah. Organisme ini dapat berupa uni atau multi seluler
dan beberapa diantaranya merupakan penyebab beberapa penyakit pada vertebrata.
Sebagaimana organisme lainnya, jamur mendapatkan makanannya dari bahan-bahan
organik baik dalam keadaan hidup ataupun mati (Warren, 1995).
Menurut Kurniastuty (2004). Bakteri
adalah organisme tunggal yang reproduksinya melalui pembelahan sel atau
mesosoma berfungsi membagi dua, tidak mempunyai membran inti atau inti sejati
dan hidupnya tergantung pada Ribosomes (protein), bila tidak ada ribosomes
bakteri akan mati, mempunyai membran Cytoplasma dan berfungsi sebagai respirasi
enzim yang terdiri dari 40% lemak serta 60% protein dengan dinding sel yang
memberi bentuk sel bakteri dan melindunginya terhadap pengaruh luar, dengan
kadar 10-40% berat kering sel dengan komposisi muca peptide kompleks yang
terdiri dari Asam amino glukosamine dan asam amino nuramic acid. Bakteri juga
merupakan organisme primitif akan tetapi mempunyai susunan sel yang telah
berkembang dengan sempurna walaupun tidak memiliki nukleus sebagaimana
mahluk-mahluk hidup yang lebih tinggi. Bakteri biasanya mempunyai tingkat
reproduksi yang tinggi apabila ketersediaan makanan cukup. Jika makanan
tersebut ditemukan pada organisme lain maka hal inilah yang dapat menyebabkan
penyakit. Beberapa spesies diantaranya dapat hidup didalam atau diluar
organisme multiseluler lain tanpa menyebabkan penyakit bahkan diantaranya
sangat dibutuhkan oleh inangnya (Axelrod et al., 1995).
Parasit adalah organisme yang
hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempatinya (inangnya)
dan menyebabkan penyakit (Noble and Noble,1976). Parasit dapat merugikan
inangnya karena mengambil makanan pada tubuh inangnya ( Schimidt and
Robert,1977) selain itu, parasit adalah suatu organisme yang mengambil bahan
untuk kebutuhan metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya dan merugikan bagi
inang tersebut. Sehingga parasit tidak dapat hidup lama di luar tubuh inangnya
(Alifuddin, 2004). Menurut Effendi (2004) berdasarkan sifat hidupnya parasit
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu obligat dan fakultatif. Obligat
yaitu parasit yang hanya bisa hidup jika berada pada inang. Fakultatif yaitu
parasit yang mampu hidup di lingkungan air jika tidak ada inang disekitarnya.
III.
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan adalah :
akuarium, alat timbang, seser, pipet, alat tulis, spuit plastic, dan pakan
ikan.
Bahan yang digunakan adalah : ikan
yang diduga berpenyakit; bahan kimia : PK, formalini, methylene blue, malachite
green, fiscal, heart; Antibiotika : amphicillin, chloramphenitol, terramycin;
Vitamin : C, B, B komplek.
B. Metode
-
Disiapkan bahan
kimia dan antibiotika yang direncanakan untuk pengobatan
-
Ditentukan cara
aplikasi pemberiannya
-
Ikan yang diduga
sakit disipakan dengan pengangkat seser
-
Dilakukan beberapa
penanganan ikan sakit
-
Cermati hasil
penanganan dan ulangi beberapa kali serta catat hasilnya
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Tabel 1.1 Data hasil pengamatan
Menit ke
|
Kondisi
ikan
|
1-3
|
Berkoloni
Berenang
bergerombol
|
4-5
|
Mulai
naik kepermukaan dengan loncat
Gerakan
operkulum cepat
|
5-9
|
Mulai
naik kepermukaan
Berenang
loncat-loncat
Gerakan
operkulum cepat
|
10-15
|
Ikan
mengalami kematian
|
3.2 Pembahasan
Setiap budidaya ikan tidak akan
lepas dari hama maupun penyakit yang menyerang, begitu pula dengan budidaya
ikan gurame. Untuk keberhasilan budidaya ikan gurame, mengetahui serangan hama
maupun penyakit serta cara mengatasinya merupakan salah satu hal yang penting
bagi pembudidaya ikan gurame.
1.
Hama
Hama yang biasanya menganggu ikan
gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI),
belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh
lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus
Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis
ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam
perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya
dengan jenis ikan yang lain.
Untuk menghindari gurami dari
ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan
ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
2.
Penyakit
Gangguan
penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan
penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana
suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit
non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi
biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan.
Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam
belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena
keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara
dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air,
ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
a.
Penyakit parasiter
Penyakit
parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang
berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari
inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri,
virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak
penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang
menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh
ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena
penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
-
Penyakit pada kulit
: Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut
dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
-
Penyakit pada
insang : Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang
tampak semburat merah dan kelabu.
-
Penyakit pada
organ dalam : Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya
perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
b.
Penyakit Argulus
Indicus atau kutu ikan
Penyakit ini disebabkan oleh
parasit Argulus Indicusyang sumber penularannya adalah udang renik. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan nama fish lae atau kutu ikan. Kutu ini akan
menempel dan menggigit mangsa sehingga berdarah. Penularannya adalah melalui
air dan melalui kontak langsung dengan ikan lain, biasanya penyakit ini sering
muncul pada kolam ikan yang kualitas airnya buruk.
Cara penyembuhannya adalah dengan
merendam ikanyang sakit ke dalam air garam 10 -15 g/liter selama 15 menit.
Sebaiknya untuk menghindari ikan tertular kembali, anda menambahkan larutan
garam 10 – 15 g/m2 untuk membunuh kutu air.
c.
Penyakit
Dactylogyrus dan gryodactylus
Dua nama ini adalah sejenis cacing
parasit yang tumbuh berkembang dikarenakan kualitas air yang buruk, pakan ikan
yang kurang atau kepadatan kolam yang terlalu penuh. JenisDactylogyrus
menyerang insang ikan, gejalanya adalah menurunnya nafsu makan dan ikan gurami
sering terlihat berbaring dengan dengan posisi insang yang terbuka, sedang
jenis Gyrodactylus menyerang bagian sirip ikan.
Cara perawatannya adalah dengan
memperbaiki kualitas air yang berada di kolam dengan menggantinya dengan air
yang baru, dan menambahkan garam sebanyak kira2 40 gram/m2. Jika penyakit sudah
sangat parah anda bisa merendam ikan dalam larutan garam selama 1 malam.
3.
Mata Belo
Gejala awal serangan penyakit ini
adalah ikan menjadi kurang aktif, malas, nafsu makan berkurang dan ikan sering
ke atas permukaan air. Disusul dengan bola mata yang membengkak dan akhirnya
ikan ini menjadi buta dan mati. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis cacing.
Cara pengobatannya adalah dengan
menghentikan pasokan air selama 24 jam, lalu masukkan garam sebanyak 1kg/m2 ,
besok harinya air dikuras dan diganti dengan air yang baru.
4.
Jamur
Pada tubuh ikan gurami yang
terinfeksi jamur akan muncul benang – benang berwarna krem seperti kapas,
biasanya pada kulit tubuh yang terluka. Jenis jamur yang menyerang ikan gurami
adalah Saprolegnia dan Achyla. Jamur ini akan menyebabkan ikan menjadi lemah
karena kurang makan, sehingga bisa memicu penyakit lain muncul.
Cara penyembuhannya adalah dengan
memberikan garam ke dalam kolam dengan jumlah 400g/m2 selama 24 jam untuk
kemudian diganti besok harinya, selain garam bisa juga dipakai malachyte
oxalatesebanyak 1 mg/l air selama 12 jam. Bisa juga menggunakan larutan
formalin 200 ppm selama 2 jam.
5.
Bakteri
Jenis bakteri yang menyerang ikan
gurami adalah bakteriAeromonas sp, dan Pseudomonas sp. Gejala yang muncul yaitu
terdapat luka berdarah tubuh, perut membesar, lendir mencair , sisik mengelupas
dan muncul borok ditubuhnya. Dalam jangka waktu dekat ikan akan melemah,
mengambang di permukaan air dan akhirnya mati.
Pengobatan yang bisa dilakukan
adalah dengan merendam ikan dalam larutan oxytetracycline 2 – 5 mg/l selama 24
jam, dan tindakan ini dilakukan berulang 3 kali. Hal lain yang bisa dilakukan
adalah dengan merendam ikan yang terinfeksi bateri dengan larutan matachite
green oxalat 0,5mg/l selama satu jam , selang 1 jam kemudian deberi umpan
makanan yang lebih dahulu diberi kandungan oxcytetracycline 60mg/kg pakan, dan
diulang selama 7 hari berturut – turut.
6.
Bercak Putih (
White Spot )
Jenis penyaki ini desebabkan oleh
parasit yang bernama Ichthyophtbyrius. Ciri – ciri ikan yang terkena penyakit
white spot yakni munculnya bercak – bercak putih pada bagian kulit. Biasanya
ikan yang terkena serangan white spot akan menggosokkan badannya pada
lingkungan di sekitarnya, serta mulut ikan gurami tampak kembang kempis seperti
kekurangan oksigen.
Cara perawatan dari penyakit ini
adalah dengan merendam ikan guramidengan ke dalam air yang diberi larutan
formalin sebanyak 25 mg/l. dan di tambahkan malachine green oxalat sebanyak 0,2
mg/l selama 24 jam.
7.
Parasit
Salah satu parasit yang sering menyerang
ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang
hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning
bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang
kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat
menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas
hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput
kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat
dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan
melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar
parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan
pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat
menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam
dapur.
Selain penggunaan bahan kimia
tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar
(Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun
lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat
pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu
kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk
1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk
ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang tidak baik kepada
konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada
konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak
diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang mati
dibuang.
Berberapa obat yang digunakan untuk
pengendalian penyakit adalah :
1.
Metil Biru
Metil
biru merupakan pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai bakterisida dan
fungsida pada akuarium. Di beberapa
tempat penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer karena diketahui
mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk
melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya termasuk lem akuarium. Diduga bahan inipun dapat berakibat buruk
pada tanaman.
Metil
biru diketahui efektif untuk pengobatan ichthyopthirius (white spot) dan
jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan
jamur pada telur ikan. Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di
toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 - 2 persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.
2.
Kalium Permanganat
Permanganat
adalah oksidator, dalam titrasi bereaksi dengan cepat, namun beberapa pereaksi
membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi,
seperti pada proses penetapan kadar asam oksalat. Kelebihan sedikit dari
permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan
terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Hal yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan endapan tersebut adalah pemanasan yang berguna untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos
atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya
tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Kalium
permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati
penyakit ikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri, terutama pada ikan-ikan
dalam kolam. Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak
sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif
terhadap bahan kimia ini.
Bahan
ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur.
Meskipun demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat
keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK
secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin.
Kalium
permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. Kalium
permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan terdisosiasi dalam air
membentuk ion permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan
dengan terbentuknya molekul oksigen elemental. Oleh karena itu, efek utama
bahan ini adalah sebagai oksidator.
Dilaporkan
bahwa permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai
parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein
pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan
sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan
yang akhirnya menyebabkan mereka mati.
Berbagai review dalam berbagai literatur
menunjukkan bahwa kalium permangat dapat membunuh Saprolegnia, Costia,
Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylusdan Dactylogyrus, Argulus,
Piscicola, Lernea, Columnarisdan bakteri lainnya seperti Edwardsiella,
Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
Mekipun
demikian Argulus, Lerneaand Piscicoladiketahui hanya akan respon apabila PK
digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu
pula dengan Costiadan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali
apabila PK digunakan sebagai terapi perendaman.
Kalium
permangat sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat
menyebabkan penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang
mati) pada sirip. Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat
menyebabkan kematian pada ikan beberapa minggu kemudian setelah dilakukan
terapi perendaman. Ikan mas koki, diketahui lebih sensitif terhadap PK sebagai
terapi perendaman dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan alasan-alasan
seperti itu, maka sering tidak direkomendasikan untuk menggunakan PK sebagai
terapi perendaman, dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik
dibandingkan dengan terapi terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm.
Kalium
permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylusdan
Dactylusdapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu
sistem tertutup. Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu,
direkomendasikan untuk mengulang kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan
dosis 2 ppm.
Beberapa
khasiat lain dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya adalah: sebagai
disinfektan luka, dapat mengurangi aeromanoas(hingga 99%) dan bakteri gram
negatif lainnya, dapat membunuh Saprolegniayang umum dijumpai sebagai infeksi
sekunder pada Ulcer, dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi
bahan organik.
Beberapa
aplikasi lain yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah
menggunakannya dalam proses transportasi ikan. Konsentrasi kurang dari 2 ppm
diketahui dapat mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri
lainnya, serta membatasi dan menghentikan parasit yang sering menyertai ikan
dalam proses transportasi. Begitu juga transportasi burayak dilaporkan aman
dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm. Meskipun demikian untuk
burayak dalam kolam tidak dianjurkan untuk menggunakan perlakuan kalium
permanganat.
3.
Malachyte Green
Malachite Green merupakan pewarna
triphenyl methanedari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa,
seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai
fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup
seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek
sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin.
Terdapat indikasi bahwa kepopuleran
penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat
buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat
menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping
itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna
malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan
akuarium , termasuk plastik.
Hindari
penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). Disarankan untuk
menggunakan malachite green dalam bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan
telah terbebas dari unsur seng. Malachite Green dapat bersifat racun terhadap
burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti
Pimelodidae atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG
dapat terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila
temperatur air diatas 21 ° C. Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis
yang bebas Seng. Tidak ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2
ikan sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.
Teknik pemberian vitamin C pada ikan
adalah : Vitamin C dicampur pada ikan pada dosis 500 – 700 mg/kg pakan atau
setiap10 kg pakan ikan ditambah vitamin C sebanyak 5 -7 gram. Pencampuran
vitamin C ke dalam pakan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Dengan menggunakan
alas plastic, pakan ikan yang hendak diberikan terlebih dahulu permukaannya
dibasahi dengan menggunakan alat semprot (sprayer) sambal diaduk pelan-pelan.
2.
Vitamiin C
ditaburkan ke permukaan pakan hingga merata sambal diaduk pelan-pelan.
3.
Vitamin C yang
telah menempel pada pakan ikan, dilapis dengan zat pelapis (binder) seperti
miinyak sayur atau putih telur sambal diaduk pelan-pelan. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi proses pencucian oleh air (leaching) pada saat diberikan
kepada ikan (proses ini perlu dilakukan untuk jenis ikan yang sifat maknnya
relative lambat, namun untuk ikan mas prose pelapisan ini tidak perlu).
4.
Setelah dilapis
dengan minyak zaitun atau putih telur, pakan tersebut diangin-anginkan atau
dijemur beberapa saat sebelum digunakan.
5.
Pemberian pakan
ynag mengandung vitamin C sebaiknya diberikan selama pemeliharaan, atau paling
sedikit satu kali dari jadwal pemberian pakan. Misalnya frekuensi pemberian
pakan 3 kali/hari, maka satu kali diantaranya adalah pakan tambahan yang diberi
vitamin C.
Dari hasil praktikum yang dilakukan,
maka didapati hasil bahwa pada saat ikan terpapar bahan-bahan kimia yg
berbahaya. Maka ikan akan bereaksi seperti gerakan operculum yang menjadi
cepat, pergerakannya letidak terkontrol, atau menjadi melompat-lompat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Alifuddin (2004), bahwa Sakit pada ikan
yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan ikan
dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal.
Sedangkan menurut Austin and Austin (1999), secara umum faktor-faktor
yang terkait dengan timbulnya penyakit merupakan interaksi dari 3 faktor yaitu
inang, patogen, dan lingkungan atau stressor eksternal (yaitu perubahan
lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk, dan stres).
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil praktikum
Teknik Pengendalian Ikan Sakit adalah :
1.
Untuk mengobati
ikan yang sakit, maka kita harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Termasuk dari pengadaaan tempat yang khusus, serta obat-obatan yang diperlukan.
2.
Selain itu, juga
diperlukan penanganan yang tepat pada ikan yang sakit. Misalnya dengan
pemberian dosis yang tepat, juga ikan diperhatikan perkembangannya selama
mengalami masa kritis
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto,
E dan Liviawaty.
1992. Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan
Dasar
Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil.
Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal
Austin and Austin.
1999. Fish Disease. FFH Publication
Corp. England
Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff,
W.E.1995. Dr Axelrod’s. Mini Atlas of
Freshwater
Aquarium Fishes Mini Edition. 1995
edition. TFH Publications Inc. United States
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
Jasmanindar,
Y. 2011. Prevalensi Parasit dan Penyakit
Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan Di
Kota/Kabupaten Kupang. Universitas Nusa Cendana.
Kupang
Kurniastuty, dkk., 2004. Hama dan Penyakit Ikan Balai budidaya Laut
Lampung. Lampung.
Kordi. 2004. Pengaruh Bahan Kimia Pada Ikan. Mata
Elang. Jogjakarta.
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Rahayu, Imbang Dwi. 2013. The sensitivity of Staphylococcus aureus as Mastitis Pathogen Bacteria Into Teat Dipping Antiseptic in Dairy Cows. Universitas Muhammadiyah Malang
Sharma,
Madhuri, A.B. Shrivastav, Y.P. Sahni and Govind Pandey. 2012. Overviews
Of Treatment And Control Of Common
Fish Diseases. MPPCVV.
India.
Komentar
Posting Komentar